Suara.com - Wayan Mirna Salihin sudah menunjukkan rasa tidak nyaman ketika menemui Jessica Kumala Wongso di kafe Olivier, Grand Indonesia Mall, Jakarta Pusat, Rabu (6/1/2016) sore. Hal itu diungkapkan saksi ahli kriminolog Universitas Indonesia Ronny Rahman Nitibaskara di persidangan dengan terdakwa Jessica di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (1/9/2016).
Hal itu terlihat dari analisa gerak tubuh Mirna ketika datang di kafe Olivier pada pukul 17.18.10 WIB. Gerakan nonverbal Mirna yang menunjukkan rasa tak nyaman terlihat ketika dia memeluk Jessica hanya dengan satu tangan. Beda dengan gesture tubuh teman Mirna, Boon Juwita alias Hanie, yang ketika itu terlihat santai saat jumpa Jessica di meja nomor 54.
"Perilaku non verbal Mirna tidak nyaman melakukan pertemuan dengan Jessica. Setiap orang cenderung mengarahkan, mendekatkan tubuhnya ke arah orang lain yang membuat nyaman," kata Ronny.
"Ketika tidak nyaman mereka akan menjauhkan dirinya tersebut," Ronny menambahkan.
Menurut Ronny bahasa tubuh Mirna ketika itu menunjukkan penolakan.
"Jarak tersebut merupakan bahasa tubuh gesture atau perilaku non verbal yang menunjukkan penolakan atau dalam reaksi otak limbik merupakan proses hindari," kata Ronny.
Hari ini merupakan sidang yang ketujuhbelas. Hari ini merupakan kesempatan terakhir bagi jaksa untuk menghadirkan keterangan saksi. Setelah itu, giliran pengacara Jessica menghadirkan saksi untuk meringankan dakwaan.
Mirna meninggal dunia usai meneguk es kopi Vietnam bercampur zat sianida di kafe Olivier.
Saat peristiwa terjadi, di meja yang sama, Mirna ditemani dua kawan, Jessica dan Hanie. Mereka merupakan teman sekampus di Billy Blue College of Design, Sidney, Australia. Mereka lulus 2008.
Jessica ditangkap saat berada di Hotel Neo, Mangga Dua, Jakarta Utara, Sabtu (30/1/2016) sekitar pukul 07.45 WIB.