Suara.com - Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Aceh-Sumatera Utara Partai Golkar Andi Sinulingga mengatakan Provinsi Aceh dalam keadaan kondusif untuk melaksanakan pilkada serentak tahun 2017.
Hal itu dikatakan Andi menanggapi rilis dari Badan Pengawas Pemilu yang menyebut Aceh menjadi salah satu dari tiga provinsi yang memiliki tingkat kerawanan tertinggi dalam pilkada.
Menurut Andi pada tahun 2012, Aceh memang rawan, khususnya daerah pesisir timur dan utara. Namun, untuk saat ini kondisi Aceh semakin kondusif dan membaik, seperti di Aceh bagian tengah, barat, dan selatan.
"Itu kan cuma persepsi umum, kenyataannya tidak seperti itu," kata Andi di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Senin (29/8/2016).
Pada tahun 2012, Andi bercerita terjadi kekacauan di Aceh karena ada penggelembungan suara dengan mencoblosi surat suara yang masuk ke tong suara.
Selain itu, kata Andi, ada juga yang tiba-tiba ada orang tidak dikenal yang membawa tong suara entah kemana. Lalu, kata dia, ada juga yang berupaya untuk melakukan intimidasi terhadap masyarakat bila memilih calon tertentu.
"Tapi sekarang relatif aman," kata dia.
Apalagi, saat ini koalisi antar partai nasional dan partai lokal juga sudah terbangun sehingga ketika ada masalah, bisa dibicarakan dengan baik.
Meski dianggap memiliki kerawanan yang tinggi, Golkar, kata dia, tidak akan memberikan pengamanan khusus di Aceh. Menurut Andi yang terpenting adalah mengawal jalannya pilkada lewat saksi yang diutus partai.
"Sedangkan keamanan, kita serahkan kepada pihak keamanan. Kita cukup amankan di tempat-tempat pemungutan suara," kata Andi.
Sebelumnya, anggota Bawaslu Daniel Zuchron mengatakan tiga provinsi, yaitu Papua Barat, Aceh, dan Banten memiliki tingkat kerawanan tinggi apabila dilihat dari aspek penyelenggaraan, kontestasi, dan partisipasi.