Polisi Bangladesh Lumpuhkan Dalang Teror Kafe di Dhaka

Ririn Indriani Suara.Com
Minggu, 28 Agustus 2016 | 11:31 WIB
Polisi Bangladesh Lumpuhkan Dalang Teror Kafe di Dhaka
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasukan keamanan Bangladesh melumpuhkan tiga orang militan pada Sabtu (27/8/2016), waktu setempat, termasuk seorang warga Kanada kelahiran Bangladesh yang dituduh sebagai dalang serangan atas sebuah kafe di Dhaka bulan lalu yang membunuh 22 orang, sebagian besar orang asing.

Kepolisian mengungkapkan para militan itu dikepung di sebuah tempat persembunyian mereka di pinggiran Dhaka, ibu kota Bangladesh. Mereka telah menolak menyerahkan diri dan terlibat dalam baku tembak dengan pasukan keamanan, kata Kepala Satuan Kontra Terorisme Kepolisian Dhaka, Monirul Islam, kepada Reuters.

Semula ia mengatakan empat militan dilumpuhkan, tetapi kemudian merevisi jumlahnya menjadi tiga.

Menteri Luar negeri Amerika Serikat John Kerry dijadwalkan akan berkunjung ke Dhaka pada Senin (29/8/2016) guna membahas keamanan setelah serangkaian pembunuhan yang menyasar pengikut liberal dan minoritas agama di Bangladesh yang mayoritas berpenduduk Muslim.

ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan atas kafe itu. Para korban tersebut berasal dari Italia, Jepang, seorang Amerika dan seorang India.

Pemerintah telah membantah kehadiran di negara itu organisasi militan internasional seperti Alqaidah atau ISIS.

Tapi kepolisian meyakini bahwa Jamaat-ul-Mujahideen Bangladesh, yang telah berjanji setia kepada ISIS, terlibat dalam mengorganisasi serangan kafe itu.

Skala dari serangan tersebut dan orang-orang asing yang menjadi sasaran telah mengganggu masuknya investasi asing ke negara pengekspor pakaian jadi itu.

"Operasi ini sudah tentu akan mengangkat kepercayaan dan citra Bangladesh," kata Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.

Dia mengatakan dalam jumpa pers,"Dengan pembunuhan ini satu beban telah diangkat dari pundak-pundak kami." (Antara/Reuters)

REKOMENDASI

TERKINI