Suara.com - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengaku sepakat apabila wacana kenaikan harga rokok sebesar Rp50 ribu per bungkus benar-benar terwujud. Namun, kata dia, nasib para petani tembakau sebagai tulang punggung industri rokok lebih perlu dibela dan diperhatikan apabila terkena imbas dari kenaikan harga tersebut.
"Tapi, kan semua ini kembali lagi, yang harus dibela adalah di sini petani tembakau. Karena selama ini kebijakan pemerintah tidak menguntungkan petani tembakau," kata Tulus dalam acara Polemik Harga Rokok Naik Untuk Siapa? di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu, (27/8/2016).
Tulus menambahkan, bila kenaikan cukai rokok hanya diberlakukan untuk membatasi produksi rokok, tentu kurang tepat. Sebab menurutnya, industri rokok justru mengalami peningkatan tiap tahunnya.
"Karena nanti, akan terjadi adanya mekanisasi industri rokok yang mengubah buruh menjadi mesin. Pada tahun 2020 bakal ada mekanisasi mengkonversi manusia menjadi mesin," kata Tulus.
Selain itu, Tulus juga menyoroti dampak puntung rokok terhadap lingkungan. Menurut Tulus, masih banyak perokok yang membuang puntungnya secara sembarangan.
"Makanya, kita sepakat kenaikan harga rokok, efeknya juga lingkungan, puntung rokok menyebabkan pencemaran laut paling tinggi. Banyak terumbu karang mati. Bicara rokok di indonesia bukan hanya efek kesehatan tapi efek lingkungan," ujar Tulus.
YLKI Sepakat Harga Rokok Naik, Tapi Tak Rela Petani Merana
Sabtu, 27 Agustus 2016 | 14:29 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Harga Rokok Tahun Depan Tak Melonjak, Kenaikan Cukai Hasil Tembakau Belum Pasti
24 September 2024 | 09:15 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI