Suara.com - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi menerima laporan dari warga bernama Eti Herlina (44) mengenai adanya calo nomor antrian di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jalan Kyai Caringin, nomor 7, Jakarta Pusat.
Eti menceritakan kasus itu terjadi ketika dia mengantarkan suami, Uhi Permana (45) ke RSUD Tarakan pada Kamis (25/8/2016). Sampai di RSUD pukul 05.00 WIB, kondisi masih terlihat sepi. Namun dia terkejut, begitu tahu mendapat nomor antrian 35.
"Saya kaget dapat nomor 35. Nomor 1 sampai 34-nya kemana? Ada calonya. (Bayar) Rp50 ribu dapat nomor enam," kata warga Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, di gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (26/8/2016).
Uhi Pernama ketika itu akan periksa penyakit kanker darah. Dia merupakan peserta program Kartu Indonesia Sehat.
Eti makin heran karena warga yang datang belakangan, justru bisa mendapatkan nomor antrian awal.
Eti menduga praktik percaloan di RSUD Tarakan sudah berlangsung lama.
Menurut informasi yang diterima Eti, untuk mendapat nomor urut awal, dia harus membayar Rp50-Rp100 ribu. Ketika itu, dia tidak bisa membayar karena tidak punya uang cukup.
"Saya nggak punya uang buat bayar calo. Tapi yang nggak mau repot pasti akan bayar itu biar nggak ngantri panjang," ujar dia.
Mendengar laporan itu, Prasetio geram. Dia menilai pelayanan rumah sakit milik pemerintah itu masih kacau. Kasus ini terungkap setelah beberapa waktu lalu dia menerima laporan adanya kamar rawat inap fiktif.
"Terjadi kebobrokan di RSUD Jakarta. Saya baru rapat dengan Kepala Dinas Kesehatan DKI Koesmedi Priharto dua hari lalu. Tapi ternyata dapat laporan seperti ini lagi. Artinya kan belum ada tindakan," kata Prasetio.