Ingin Kalahkan Malaysia, Menpar Luncurkan "War Room M-17"

Yazir Farouk Suara.Com
Kamis, 25 Agustus 2016 | 17:10 WIB
Ingin Kalahkan Malaysia, Menpar Luncurkan "War Room M-17"
Menpar Arief Yahya. [Dok. Kemenpar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Semangat pagi!," teriak Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, sambil menyentuh screen bertulis "start" dalam acara soft launching "Dashboard M-17", di lantai 16 Gedung Sapta Pesona, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Dalam acara ini, Menpar menyebut, "Kemenangan harus direncanakan". Kalimat yang dikatakan oleh Sun Tzu (jenderal Kerajaan Qi) itu sudah ratusan kali diulang di depan para pejabat eselon I dan II di lingkungan Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

Kalimat ini diungkapkannya untuk memotivasi seluruh pasukannya, demi merebut pasar pariwisata dunia. Secara khusus, Menpar menyebut "war room", kata-kata semangat agar anak-anak buahnya mampu mengalahkan pasar wisata Malaysia pada 2017.

"War room ini saya namakan M-17, dengan spirit mengalahkan Malaysia pada 2017," tegasnya.

Kembali dia mengingatkan kata-kata Sun Tzu, "Kenali musuhmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan,".

"Kenali dunia, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan persaingan. Kenali pelangganmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan persaingan. Inti dari kata-kata itu adalah benchmark. Kalau kita ingin bersaing di level internasional, kita harus melihat pesaing-pesaing hebat kita, baik regional maupun global. Lalu bandingkan dengan apa yang kita lakukan," kata Arief.

Arief menambahkan, penggunaan strategi yang tepat harus dilakukan.

"Lalu temukan top three dan bottom three-nya. Apa yang mereka lakukan? Dan mereka yang terendah rankingnya, menggunakan strategi apa saja? Bandingkan hasilnya, bandingkan pertumbuhan kita dengan rata-rata dunia, dan rata-rata regional ASEAN,” katanya.

Tak kalah pentingnya, tentukan posisi Indonesia.

"Kalau kita lebih rendah dari rata-rata dunia dan regional, maka sejatinya, kita sedang sekarat, menuju mati. Itulah mengapa kita harus bertumbuh dan menyalip growth para pesaing kita," terang Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.

Menurutnya, jangan malu untuk mengambil sisi-sisi positif rival, termasuk membuang hal-hal yang tidak signifikan. Malaysia dan Thailand menggunakan tiga indikator perhitungan yang tidak terbantahkan, yaitu size (ukuran), sustainability (keberlanjutan), dan spread (luas) atau 3S.

"Dengan menggunakan ukuran tersebut, harus diakui, bahwa kita masih kalah jauh dengan kedua rival itu. Dengan Malaysia, size atau ukuran kita kalah, sustainable menang. Kita bertumbuh 10,3 persen, Malaysia minus 15 persen. Kemudian, spread kita kalah. Skor-1-2. Dengan Thailand, kita kalah ketiga-tiganya, skor 0-3," ucapnya.

Bagaimana cara memenangkan persaingan itu? Itulah alasan penggunaan istilah "war room". War artinya perang. Atau dalam marketing dimaknai sebagai winning your customers!

Dalam memenangkan customers, ada tiga skenario yang akan dijalankan Menpar, yaitu retaining your customers, ecquiring your customers, dan winning the future customers.

Retaining your customers, menyangkut moment of truth, bagaimana memberi kesan pertama kepada wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Ini terkait dengan pelayanan di kantor imigrasi.

Wajah Indonesia ditentukan oleh wajah para petugas imigrasi saat melayani turis sebagai customers atau pelanggan, yang akan menambah pundi-pundi devisa dalam negeri.

Ecquiring your customers adalah soal strategi pemasaran. Arief mencontohkan, ada yang menjalankan "Get More, Pay More", seperti Garuda Indonesia dan Singapore Airlines, yang membayar mahal untuk mendapatkan fasilitas yang istimewa. Ada juga yang "Less for Less", seperti low cost carrier (LCC) Lion Air, AirAsia, Citilink, dan lainnya.

"Yang kita desain adalah 'You Get More, You Pay Less'! Membayar dengan harga yang sama, tetapi mendapat fasilitas dan keunggulan yang besar," paparnya.

Winning the future customers menggunakan digital untuk memenangkan persaingan di masa depan.

"Kita harus sadar, digital akan semakin akrab dengan kehidupan, dan ke depan akan semakin kuat. Kita tidak mungkin menjalankan marketing tanpa menggunakan digital," tutur Arief, yang selalu berprinsip "More Digital More Personal, More Digital More Professional, More Global".

REKOMENDASI

TERKINI