Menurutnya, jangan malu untuk mengambil sisi-sisi positif rival, termasuk membuang hal-hal yang tidak signifikan. Malaysia dan Thailand menggunakan tiga indikator perhitungan yang tidak terbantahkan, yaitu size (ukuran), sustainability (keberlanjutan), dan spread (luas) atau 3S.
"Dengan menggunakan ukuran tersebut, harus diakui, bahwa kita masih kalah jauh dengan kedua rival itu. Dengan Malaysia, size atau ukuran kita kalah, sustainable menang. Kita bertumbuh 10,3 persen, Malaysia minus 15 persen. Kemudian, spread kita kalah. Skor-1-2. Dengan Thailand, kita kalah ketiga-tiganya, skor 0-3," ucapnya.
Bagaimana cara memenangkan persaingan itu? Itulah alasan penggunaan istilah "war room". War artinya perang. Atau dalam marketing dimaknai sebagai winning your customers!
Dalam memenangkan customers, ada tiga skenario yang akan dijalankan Menpar, yaitu retaining your customers, ecquiring your customers, dan winning the future customers.
Retaining your customers, menyangkut moment of truth, bagaimana memberi kesan pertama kepada wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Ini terkait dengan pelayanan di kantor imigrasi.
Wajah Indonesia ditentukan oleh wajah para petugas imigrasi saat melayani turis sebagai customers atau pelanggan, yang akan menambah pundi-pundi devisa dalam negeri.
Ecquiring your customers adalah soal strategi pemasaran. Arief mencontohkan, ada yang menjalankan "Get More, Pay More", seperti Garuda Indonesia dan Singapore Airlines, yang membayar mahal untuk mendapatkan fasilitas yang istimewa. Ada juga yang "Less for Less", seperti low cost carrier (LCC) Lion Air, AirAsia, Citilink, dan lainnya.
"Yang kita desain adalah 'You Get More, You Pay Less'! Membayar dengan harga yang sama, tetapi mendapat fasilitas dan keunggulan yang besar," paparnya.
Winning the future customers menggunakan digital untuk memenangkan persaingan di masa depan.
"Kita harus sadar, digital akan semakin akrab dengan kehidupan, dan ke depan akan semakin kuat. Kita tidak mungkin menjalankan marketing tanpa menggunakan digital," tutur Arief, yang selalu berprinsip "More Digital More Personal, More Digital More Professional, More Global".