Siswi Paskibraka Ini Kibarkan Merah Putih di Pulau Terluar

Sabtu, 20 Agustus 2016 | 10:19 WIB
Siswi Paskibraka Ini Kibarkan Merah Putih di Pulau Terluar
Ilustrasi pasukan pengibar bendera. [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Maria Liberata Takndare bangga menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada upacara HUT ke-71 RI di Pulau Asutubun, pulau terluar NKRI di Maluku Tenggara Barat. Kawasan itu berbatasan langsung dengan Australia.

"Saat saya membawa bendera bersama dua rekan dan dikawal POM TNI AL Saumlaki menuju Pulau Asutubun, memang ada perasaan khawatir, apakah saya dapat menyelesaikan tugas mulia ini atau tidak, karena baru pertama kali ini bertugas bawa bendera besar dan harus memanjat tebing bebatuan yang tajam sampai ke puncak," kata Maria, Sabtu (20/8/2016).

Maria yang masih berusia 16 tahun adalah siswi kelas XII IPA SMA Budi Mulia Saumlaki. Dia anggota Paskibraka Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015.

Pada upacara HUT ke-71 Kemerdekaan RI di Pulau Asutubun, Rabu lalu, Maria dan dua anggota pasukan lainnya mengibarkan bendera Merah Putih berukuran 4x8 meter pada tiang dengan ketinggian 18 meter.

Puteri sulung pasangan Johanes Berechmanis Takndare dan Adolfina Karmomjanan ini berpendapat, mengibarkan bendera Merah Putih di Pulau Asutubun adalah sebuah tugas mulia yang baru pertama kali ia lakukan di lokasi yang sempit dan berbatu-batu serta berada pada ketinggian 80 meter dari permukaan laut.

Sebagian pakaian yang dia kenakan bahkan basah kuyup karena perahu kecil yang ditumpangi dari kapal patroli Lanal Saumlaki menuju ke tepian tebing Pulau Asutubun nyaris tenggelam.

"Lokasi berlabuh cukup sulit dijangkau. Saya menjaga agar bendera Merah Putih tidak basah, jadi cuma sepatu dan rok saya yang basah," katanya.

Bermodal pengalaman sebagai Paskibraka Kabupaten MTB tahun lalu, Maria mengaku tidak menemukan kendala dalam mengibarkan bendera, hanya saja lokasi upacara yang terjal dan bebatuan serta sempit membuat ia harus hati-hati dalam memberikan aba-aba bagi dua rekannya saat bertugas.

"Berbeda dengan pengibaran bendera di lapangan Mandriak yang sangat luas (lapangan upacara Pemkab MTB-red), lokasi upacara di Pulau Asutubun berukuran sekitar 5x4 meter, itu pun dipenuhi petugas upacara yang lain dan perwakilan undangan, sehingga saya sangat berhati-hati sekali," tuturnya.

Ditanyakan tentang nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda saat ini, Maria mengatakan dirinya bangga sebagai warga negara Indonesia, meskipun kehidupan perekonomian bangsa saat ini masih jauh dari harapan para pahlawan yang merebut kemerdekaan dengan darah dan air mata.

"Menurut saya, nasionalisme dan patriotisme itu adalah sikap berani, pantang menyerah, dan rela berkorban untuk bangsa. Saya sendiri punya cita-cita menjadi aparat untuk mengabdi di daerah perbatasan ini," kata remaja kelahiran Ambon, 28 Desember 1999 itu. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI