Suara.com - Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menunjuk siswi SMA Islam Dian Didaktika, Gloria Natapradja Hamel (16), menjadi duta Kemenpora setelah gagal menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Istana Merdeka pada HUT RI yang ke 71.
Gloria bakal mengemban tugas, antara lain mendampingi Menteri Nahrawi guna membangkitkan semangat generasi muda Indonesia di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan olahraga.
"Tugas duta Kemenpora itu nanti mendampingi saya, mendampingi para deputi, maupun program-program yang dilaksanakan di Kemenpora ini terkait dengan pembelajaran, kemahasiswaan, kepemudaan, keolahragaan," kata Nahrawi di Kemenpora, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2016).
Nahrawi yakin Gloria bisa menjadi ikon anak muda Indonesia yang memiliki mental kuat dan punya cita-cita tinggi.
"Agar mereka tidak serta merta berlatih fisik tapi juga mental. Nah mental itu penting, mental optimis, mental kuat dan selalu sportif itu yang harus ditunjukkan," katanya.
Menteri dari Partai Kebangkitan Bangsa menilai semangat Gloria perlu dijadikan inspirasi bagi seluruh pelajar.
"Soal hari ini tidak boleh diratapi tetapi harus dijadikan semangat untuk melihat dan berperan aktif melihat masa depan. Gloria saya minta menjadi bagian keluarga besar Kemenpora ini untuk menjadi duta kemenpora agar memotivasi pelajar dan mahasiswa Indonesia," kata Nahrowi.
Gloria menerima tawaran Nahrawi menjadi duta Kemenpora.
"Duta Menpora, tanggungjawab luar biasa. Untuk membangkitkan semangat indonesia, saya siap," kata Gloria di kantor Kemenpora.
Gloria merupakan putri pasangan Didier Hamel (warga Prancis) dan Ira Natapradja (WNI) yang lahir di Jakarta pada 1 Januari 2000.
Gloria mengatakan bisa mengambil hikmah atas kegagalan bertugas menjadi Paskibraka di Istana Merdeka karena masih tercatat sebagai warga negara Prancis.
"Saya bisa menjadi lebih baik, harus sportif. Saya sudah harus menerima kenyataan, ini adalah awal bukan akhir dari saya. Mengibarkan bendera dan menurunkan hanya prosesi satu acara," kata dia.
Dia bersyukur sudah mendapatkan pelatihan selama lima bulan di pusat karantina calon Paskibraka.
"Prosesi diklat, ditempa dilatih secara fisik, mental menghadapi sebuah permasalahan. Saya tidak menyesal, saya bisa belajar dewasa. Segala hal yang saya inginkan belum tentu terwujud," kata Gloria.