Suara.com - Mantan Wakil Gubernur Jakarta Prijanto menganggap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak memenuhi kriteria sebagai pemimpin Jakarta. Bagaimana tanggapan Ahok?
"Sudah lama, sudah biasa (kalau Prijanto tidak suka) saya," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Ahok kemudian membeberkan awal mula sikap Prijanto. Sikap Prijanto, katanya, berawal dari kasus sengketa lahan di Taman BMW, Sunter, Jakara Utara. Ketika itu, Ahok sampai dilaporkan Prijanto perihal sengketa tanah itu ke Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Sejak kasus tanah BMW (Prijanto sudah tidak suka). Nggak bisa lapor KPK dan ke mana-mana, jadi gitu," kata Ahok.
Dulu, Ahok mengatakan gencarnya Prijanto melibatkan diri dalam sengketa tanah Taman BMW karena Prijanto menginginkan agar tanah milik temannya dibayarkan oleh PT. Agung Podomoro Land. Menurut Ahok masalah yang dialami kawan Prijanto merupakan perdata, itu sebabnya Ahok menyarankan agar mengajukan gugatan perdata ke pengadilan. Namun, mereka justru melaporkan kasus ke KPK. Sejak itu, kata Ahok, Prijanto menyerang.
Kemarin, Rabu (10/8/2016), dalam diskusi bertema Tolak Ahok, Tolak Pemimpin Kafir? yang diadakan Hizbut Tahrir Indonesia di gedung Joang 45, Jalan Menteng Raya, Cikini, Jakarta Pusat, Prijanto kembali menyerang Ahok.
Prijanto mengkritik perilaku dan kebijakan Ahok selama ini. Menurut dia, pencitraan yang berlebihan membuat publik tidak mampu melihat bagaimana sesungguhnya Ahok. Itu sebabnya, Prijanto mengajak peserta diskusi untuk memilih pemimpin yang lebih baik di masa mendatang.
"Mari kita pilih pemimpin yang tegas beneran, jujur beneran, sopan beneran, cerdas, dan beradab," kata Prijanto.
Menurut Prijanto, Ahok tidak akan terpilih di pilkada periode 2017-2022 bila masyarakat saling memberitahu bahwa selama ini Ahok hanya pencitraan.
"Kalau bapak, ibu setuju dengan ini dan menyampaikan kepada para rakyat kecil, maka insya Allah petahana tidak akan terpilih lagi. Dari lima aspek ini (tegas, jujur, sopan, cerdas, dan beradab) tidak ada satupun yang cocok dengan kriteria Ahok," kata Prijanto.
Prijanto mengatakan sebagian besar warga Jakarta rela menukar hak pilih dengan sembako. Hal ini, menurut Prijanto, menjadi tugas besar para kandidat yang nanti akan melawan Ahok di pilkada yaitu meyakinkan masyarakat bahwa Ahok bukan pemimpin yang diharapkan.
"Beberapa rakyat kecil di Jakarta, orientasinya adalah siapa yang belikan sembako. Pikirannya selalu diganggu dengan urusan perut," kata Prijanto.
Menghadapi masyarakat yang seperti itu, kata Prijanto, tidak bisa dipengaruhi dengan pendekatan konfrontatif atau menjual isu SARA, melainkan harus ada penyadaran sosial bahwa Ahok tidak seperti yang dipikirkan selama ini.
"Tidak bisa kita mengatakan kamu tidak boleh memilih orang kafir dan sebagainya. Maka kita harus memberi pemahaman yang bener kepada rakyat," kata Prijanto.
"Kalau yang dicari cuma yang beri sembako, tapi setelah itu dia merampok, bikin rumah di pinggir pantai dan sebagainya," Prijanto menambahkan.