Suara.com - Mantan Menteri Agama M. Maftuh Basyuni menyatakan, percetakan kitab Al Quran milik Kementerian Agama segera terkubur dan mesin-mesinnya yang bernilai Rp28 miliar menjadi besi tua.
"Ya, jadi mesin besi karatan dan besi tua," ungkap Maftuh di kediaman, Rabu malam.
Menteri agama periode Kabinet Indonsia Bersatu Jilid I tersebut tidak habis pikir mengapa dana yang diinvestasikan demikian besar dan diharapkan dapat memenuhi harapan program satu rumah umat Islam dapat memiliki satu Al Quran, kini justru tak terurus.
Di lingkungan Kementerian Agama, kata dia, masih ada oknum yang tidak suka percetakan Al Quran berjalan dengan baik. Alasannya, bila percetakan berjalan bagus, pengadaan Al Quran tidak lagi dilakukan dengan tender.
"Ujungnya, ya komisi," kata Maftuh.
Lembaga percetakan Al Quran dibangun dengan dukungan uang APBN dan akan dikelola sebagai badan layanan umum di bawah pembinaan Departemen Agama (kini Kemenag). Dana yang dihabiskan mencapai Rp30 miliar di atas lahan 1.530 meter persegi.
Di atas lahan seluas itu ada mesin pracetak, mesin cetak web, mesin cetak warna, mesin cetak sheet DS4, dan mesin-mesin lainnya.
"Saya mencari mesin cetak terbaik. Saat itu, saya minta rekomendasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Maftuh.
Percetakan Al Wuran di Jalan Raya Puncak, kilometer 65, Ciawi, Bogor, Jawa Barat, diresmikan pada 15 Nopember 2008 dan berhenti beroperasi sejak pertengahan 2015.
Kapasitas produksi percetakan itu 1,5 juta eksemplar per tahun. Rencananya, percetakan itu diharapkan dapat menjadi awal menentukan bentuk pelat baku dan meminimalisir salah cetak Alquran.
Melalui standar pengawasan mutu ketat yang ditangani Lajnah Pentashih Al Quran, kesalahan cetak bisa dihindari.
"Perlakuan mencetak kesuciannya terjaga. Bukan sampul Al Quran dijadikan terompet seperti kasus tahun lalu," ujar Maftuh. (Antara)