Suara.com - Anggota Komisi I DPR Sukamta menilai Indonesia patut memprotes Google yang baru saja menghapus Palestina dari Google Maps dan menggantinya dengan Israel. Dia menduga motifnya ingin mengaburkan teritori Palestina.
"Kita patut protes karena bulan Juni 2016 lalu Israel menjadi Ketua Komite Hukum PBB, lalu akhir Juli 2016 Palestina hilang dari Google Maps dan digantikan dengan Israel," katanya di Jakarta, Rabu (10/8/2016).
Menurut dia, hal itu motifnya jelas yaitu mengaburkan fakta teritori Palestina, ditambah lagi posisi Israel di PBB semakin kuat dibandingkan Palestina. Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera itu menilai kelakuan Israel suka mengaburkan sejarah, memanipulasi, dan tidak taat aturan.
"Kita tahu bagaimana Zionis mengaburkan sejarah pengusiran ratusan ribu sampai sekitar 1 juta orang penduduk Palestina sekitar tahun 1948," ujarnya.
Dia mengatakan pada tahun 1948 itu, Zionis mengaburkannya dengan menyatakan pemindahan sukarela. Namun faktanya menurut dia, tidak hanya pengusiran paksa, tapi juga, Zionis Israel telah melakukan "ethnic cleansing" atau mengusir paksa dan membunuhi bangsa Palestina.
"Apakah perusahaan sekelas Google mendukung 'ethnic cleansing'? Biar dunia internasional yang menilai," katanya.
Dia mengatakan, seharusnya sebagai sebuah perusahaan besar, Google tidak menghilangkan Palestina karena itu menunjukkan keberpihakan Google. Padahal menurut dia, upaya perdamaian di Timur Tengah masih terus kita upayakan.
"Mereka teriak-teriak demokrasi, tapi dengan mendukung Israel itu artinya naif, kita mempraktikkan 'fake democracy'," katanya.
Dia menegaskan, demi kemanusiaan, demokrasi dan keadilan, dirinya mendorong agar Google mencantumkan kembali Palestina di dalam petanya. (Antara)