"Hal ini disumbang naiknya produksi hortikultura diantaranya sayuran 2,7 persen, buah 6,6 persen, tanaman obat 4,24 persen, florikultura jenis bunga potong 18,6 persen," ungkap Afrizal.
Peluang hortikultura ke depannya sangat besar terlihat dari jumlah penduduk Indonesia mencapai 350 juta tahun 2050 sehingga perlu strategi untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
"Kesadaran pola hidup sehat mulai dilakukan di sejumlah negara dengan mengurangi konsumsi karbohidrat seperti beras, serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur-sayuran," kata Afrizal.
Ia mengatakan 50 persen keberhasilan usaha petani hortikultura ditentukan pada kualitas benih, sedangkan biaya benih sendiri hanya 3-5 persen dari seluruh biaya produksi pertanian.
Dia mengakui salah satu tantangan dalam bertani hortikultura adalah kondisi cuaca, seperti hadirnya La Nina akan mendorong berkembangnya jamur dan bakteri yang dapat merusak tanaman.
"Kunci keberhasilan petani dalam menghadapi penyakit selama musim hujan adalah pemeliharaan dan penggunaan benih berkualitas," kata Afrizal.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Pasar Pertanian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Karen Tambayong mengatakan kebutuhan nutrisi di Indonesia masih 30-40 persen sehingga memang perlu kebijakan sektor hortikultura yang menyeluruh.
"Kalau melihat piramida makanan, masyarakat Indonesia belum optimal mendapatkan nutrisi yang sebenarnya banyak disumbang dari konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan," jelas dia.
Karen mengatakan Kadin Indonesia akan membuat rencana aksi bersama pemerintah (Kementerian Pertanian) dalam upaya mengembangkan hortikultura di Indonesia baik untuk memenuhi pasar dalam negeri maupun luar negeri (ekspor). (Antara)