Suara.com - Kiprah pedayung Indonesia, Memo, di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro terhenti di perempat final nomor perorangan putra. Memo hanya menempati peringkat 14 dalam lomba di Stadion Dayung Lagoa, Rio de Janeiro, Selasa (9/8/2016).
Atlet asal Pulau Osi Maluku tersebut mencatat waktu 6 menit 59,76 detik untuk jarak 2.000 meter. Hanya peringkat 12 ke atas yang lolos ke babak berikutnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI), Budiman Setiawan, mengatakan meskipun gagal mempersembahkan medali di Olimpiade, Memo telah menunjukkan bahwa ia memiliki masa depan cerah di olahraga ini.
"Memo baru tiga-empat tahun menekuni cabang dayung ini, sedangkan lawan-lawannya di Olimpiade ini sudah pengalaman rata-rata 10 tahun. Jadi ia punya harapan yang cerah," katanya.
"Kita lihat catatan waktunya. Memo cukup bagus untuk ukuran Asia, bahkan yang terbaik di antara peserta dari negara-negara Asia di Olimpiade Rio ini," kata Budiman yang juga manajer tim dayung Olimpiade Indonesia itu.
Dengan standar prestasi tersebut, menurut Budiman, Memo bisa menjadi andalan bagi Indonesia untuk Asian Games 2018 mendatang.
Budiman juga mendukung pola pelatihan yang dipimpin pelatih Belanda sehingga bisa dilanjutkan agar cabang dayung ini bisa meraih medali emas pada Asian Games di Indonesia tahun 2018.
"Nantinya dengan tim pelatih sekarang, kita akan fokus pada 10-12 atlet yang diprediksi mampu meraih medali di Asian Games. Mereka juga akan disertakan dalam program khusus latihan di Belanda," kata Budiman. (Antara)