Bom Pakistan Bunuh 70 Orang, ISIS dan Taliban Adu Klaim

Ruben Setiawan Suara.Com
Selasa, 09 Agustus 2016 | 13:13 WIB
Bom Pakistan Bunuh 70 Orang, ISIS dan Taliban Adu Klaim
Lokasi ledakan bom bunuh diri di Quetta, Pakistan, (8/8). (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jumlah korban jiwa akibat serangan bom bunuh diri di sebuah rumah sakit di Kota Quetta, Pakistan, Senin (8/8/2016) kini bertambah menjadi 70 orang, sedangkan korban luka mencapai lebih dari 100 orang. ISIS dan sebuah faksi kelompok Taliban mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut.

Pelaku meledakkan dirinya di tengah kerumunan pelayat jenazah pengacara terkenal yang tewas akibat tertembak, juga pada hari Senin, demikian disampaikan Faridullah, seorang reporter yang juga mengalami luka-luka. Sebagian besar korban merupakan pengacara yang melayat, juga jurnalis yang meliput acara tersebut.

Pejabat senior rumah sakit, Abdul Rehman Miankhel mengatakan, sedikitnya 70 orang tewas terbunuh. Sementara itu, lebih dari 112 lainnya terluka.

"Banyak yang terluka, sehingga korban jiwa bisa bertambah," kata Menteri Kesehatan Provinsi, Rehmat Saleh Baloch.

Amaq, media yang berafiliasi dengan ISIS mengklaim bahwa kelompok teror tersebut berada di balik serangan bom bunuh diri.

"Seorang martir ISIS meledakkan sabuk bomnya di sebuah perkumpulan karyawan kementerian kehakuman dan polisi Pakistan di Kota Quetta," tulis Amaq.

Sebelumnya, Jamaat-ur-Ahrar, sebuah faksi Taliban, mengklaim sebagai dalang serangan. Kelompok inik sempat menyatakan kesetiaan kepada ISIS, namun akhirnya kembali ke Taliban.

"Kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan Jamaat-ur-Ahrar (TTP-JA) bertanggungjawab atas serangan ini dan bertekad akan terus melakukan serangan semacam itu," kata juru bicaranya Ehsanullah Ehsan.

Tidak jelas hubungan apa yang masih terjalin antara Jamaat dengan ISIS. Pada September 2014, Jamaat-ur-Ahrar menolak kepemimpinan Taliban Pakistan dan menyatakan kesetiaan kepada ISIS. Namun, pada Maret 2015, kelompok tersebut kembali menyatakan kesetiaan kepada Taliban. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI