Air di Sleman Rawan Tercemar Bakteri E Coli

Minggu, 07 Agustus 2016 | 22:32 WIB
Air di Sleman Rawan Tercemar Bakteri E Coli
Ilustrasi bakteri. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum memiliki instalasi pengolah air limbah untuk industri. Sehingga keberadaan industri skala menengah dan rumahan harus dikontrol secara ketat dalam pengelolan limbah.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sleman Purwanto mengatakan bahwa saat ini belum tersedia sarana dan prasarana pengelolaan limbah industri. Selama ini industri-industri di Sleman mengelola limbah mereka secara mandiri.

"Bila pemerintah yang menyediakan sarana pengolah limbah maka maka akan lebih terkontrol. Jangan sampai hasil pengolahan limbah industri dimanfaatkan untuk kepentingan yang tidak baik," katanya di Sleman, Minggu (7/8/2016).

Di Sleman ada dua industri tekstil yang menghasilkan limbah cair. Sementara itu, untuk limbah paling banyak dihasilkan oleh industri sekala rumahan seperti "laundry" dan industri tahu tempe.

"Limbah tahu dan tempe dibuang di Margoagung, Seyegan Sleman dan dikelola oleh masyarakat. Sedangkan untuk limbah 'laundry', dikelola pemilik sendiri," katanya.

Pemkab Sleman menggalakkan keberadaan instalasi pembuangan air limbah (IPAL) komunal. Keberadaan pembuangan limbah komunal ini sangat membantu menurunkan kadar bakteri ecoli di Sleman.

"Apalagi Sleman masuk dalam kawasan resapan, keberadaan IPAL komunal sangat penting," katanya.

Ia mengatakan, salah satu IPAL komunal yang sudah dikelola dengan baik yakni IPAL Komunal yang berada di Kecamatan Nganglik.

"Di Kecamatan Nganglik tersebut IPAL Komunal menjangkau 750 sambungan rumah. Bahkan keberadaan IPAL yang ad di Dusun Mediro, Sukoharjo ini jadi percontohan," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI