Suara.com - Koreografer Tari Kontemporer Indonesia Indra Zubir mementaskan karyanya di Jepang. Indra Zubir membawa empat orang penari dan pemusik.
Mereka ikut ambil bagian dalam Asia Performing Arts Market in Setouchi (APAMS) 2016 di Takamatsu Kagawa, Jepang yang digelar mulai 23 Juli 2016 hingga 31 Juli 2016 kemarin.
Para penari yang terdiri dari Maria Bernadeta Aprianti, Poppy Parisa Agussusanti dan Putri Jingga Aura menampilkan dua bagian reportoar tari kontemporer BUAI, yaitu BUAI Ranah dan BUAI Rantau. Indra menampilkan karyanya di beberapa tempat di Jepang antara lain di Shima Kitchen, KOU Place, Uno Port, Port of Takamatsu, Kagawa.
Indra dalam hal ini didukung oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
"Open Air, kita tampilkan karya di ruang terbuka. Suatu tantangan yang cukup menarik karena berpindah-pindah pulau dan kondisi ruang yang berbeda," kata Indra dalam keterangan persnya, Jumat (5/8/2016) malam.
Asia Performing Arts Market in Setouchi (APAMS) merupakan helat kesenian yang mirip dengan Indonesia Performing Arts Market (IPAM). Di Jepang, Setouchi merupakan daerah 12 pulau yang mengadakan festival seni setiap tahunnya. Mereka memiliki acara kelas internasional bernama Setouchi Trienalle yang sudah berlangsung sejak 2010 dan diadakan tiap tiga tahun sekali.
Tari Buai-Buai merupakan aset budaya tradisi Indonesia yang berasal dari Pesisir Barat Padang, Sumatera Barat tepatnya di daerah Pauh Sembilan Lapau Munggu. Tarian ini menceritakan tentang seorang ibu yang sedang meninabobokan anaknya sambil bekerja merontokkan bulir padi, melantunkan dendang bersyair nasehat -nasehat, sekaligus sebagai penghantar tidur lelap sang anak.
Tari Buai-Buai ini biasanya ditampilkan pada waktu upacara pergantian Penghulu (Pemimpin), untuk memperingati proses regenerasi dari yang tua ke yang muda dan diwaktu panen padi datang. Tari yang mengadopsi gerak Silat Pauh ini berfungsi sebagai pesta rakyat yang meluapkan kegembiraannya dengan menari.
Keberadaan tari Buai-Buai pada saat ini cukup memprihatinkan. Karena sudah jarang ditarikan oleh generasi muda bahkan hampir tergilas waktu.
Tari Kontemporer BUAI (UDARA) mencoba menawar estetika tari tradisi. Ragam gerak di kolaborasikan dengan teknik tari modern dan tarian populer masa kini. Pengembangan ini merupakan sebuah respon dari perubahan, dimana tradisi kadang terlupakan bahkan tersingkir oleh kemajuan zaman.
Kemasan baru tradisi dengan pengembangan gerak dan koreografi sebagai daya tarik untuk diapresiasi oleh semua kalangan dengan tetap mempertahankan isi dan makna dari tarian tersebut
Buai (Udara) merupakan sebuah interpretasi dari koreografer, tidak bercerita secara linear akan tetapi menyajikan idiom-idiom yang dapat menjadi perwakilan dari pesan yang ingin di sampaikan, tentang “kasih sayang seorang ibu layaknya udara yang tak berbatas” kenangan kampung halaman, tanah rantau, pemimpin dan perempuan
Indra Zubir merupakan semiman tari yang lahir di Bukittinggi Sumatera Barat 5 Juni 1976. Dia mulai mengenal seni tari sejak kecil dengan mempelajari tarian populer secara otodidak dan aktif megikuti perlombaan tari kreasi di wilayah Sumbar-Riau dan meraih beberapa penghargaaan sebagai penata tari terbaik pada saat itu.
Pada 1992 mempelajari seni tari tradisi Minangkabau kemudian bergabung dengan sanggar tari Balai Kota Bukittinggi “Sabai Nan Aluih” untuk pagelaran drama tari “Lareh Simawang” dalam misi pertukaran budaya Minang, Malaysia.
Tahun 1995-1999 melanjutkan studi di Institut Kesenian Jakarta - Jurusan Seni Tari, menekuni gaya Tari Tradisi Nusantara, Teknik Tari Modern dan Komposisi Koreografi. Mendirikan Indra Zubir’s Dance tahun 1999, aktif mencipta dan mementaskan karya-karya tari kontemporer hingga saat ini.