Koreografer Kontemporer Indra Zubir Tampil di APAMS 2016 Jepang

Jum'at, 05 Agustus 2016 | 22:12 WIB
Koreografer Kontemporer Indra Zubir Tampil di APAMS 2016 Jepang
Penampilan Koreografer Tari Kontemporer Indonesia Indra Zubir. (dok pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Koreografer Tari Kontemporer Indonesia Indra Zubir mementaskan karyanya di Jepang. Indra Zubir membawa empat orang penari dan pemusik.

Mereka ikut ambil bagian dalam Asia Performing Arts Market in Setouchi (APAMS) 2016 di Takamatsu Kagawa, Jepang yang digelar mulai 23 Juli 2016 hingga 31 Juli 2016 kemarin.

Para penari yang terdiri dari Maria Bernadeta Aprianti, Poppy Parisa Agussusanti dan Putri Jingga Aura menampilkan dua bagian reportoar tari kontemporer BUAI, yaitu BUAI Ranah dan BUAI Rantau. Indra menampilkan karyanya di beberapa tempat di Jepang antara lain di Shima Kitchen, KOU Place, Uno Port, Port of Takamatsu, Kagawa.

Indra dalam hal ini didukung oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

"Open Air, kita tampilkan karya di ruang terbuka. Suatu tantangan yang cukup menarik karena berpindah-pindah pulau dan kondisi ruang yang berbeda," kata Indra dalam keterangan persnya, Jumat (5/8/2016) malam.

Asia Performing Arts Market in Setouchi (APAMS) merupakan helat kesenian yang mirip dengan Indonesia Performing Arts Market (IPAM). Di Jepang, Setouchi merupakan daerah 12 pulau yang mengadakan festival seni setiap tahunnya. Mereka memiliki acara kelas internasional bernama Setouchi Trienalle yang sudah berlangsung sejak 2010 dan diadakan tiap tiga tahun sekali.

Tari Buai-Buai merupakan aset budaya tradisi Indonesia yang berasal dari Pesisir Barat Padang, Sumatera Barat tepatnya di daerah Pauh Sembilan Lapau Munggu. Tarian ini menceritakan tentang seorang ibu yang sedang meninabobokan anaknya sambil bekerja merontokkan bulir padi, melantunkan dendang bersyair nasehat -nasehat, sekaligus sebagai penghantar tidur lelap sang anak.

Tari Buai-Buai ini biasanya ditampilkan pada waktu upacara pergantian Penghulu (Pemimpin), untuk memperingati proses regenerasi dari yang tua ke yang muda dan diwaktu panen padi datang. Tari yang mengadopsi gerak Silat Pauh ini berfungsi sebagai pesta rakyat yang meluapkan kegembiraannya dengan menari.

Keberadaan tari Buai-Buai pada saat ini cukup memprihatinkan. Karena sudah jarang ditarikan oleh generasi muda bahkan hampir tergilas waktu.

Tari Kontemporer BUAI (UDARA) mencoba menawar estetika tari tradisi. Ragam gerak di kolaborasikan dengan teknik tari modern dan tarian populer masa kini. Pengembangan ini merupakan sebuah respon dari perubahan, dimana tradisi kadang terlupakan bahkan tersingkir oleh kemajuan zaman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI