Suara.com - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Tito Karnavian mengklaim dirinya sebagai pencetus penggusuran lokalisasi di Kalijodo. Pernyataan ini sekaligus untuk menjawab isu bahwa kepolisian menjadi alat kepentingan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Bukan karena saya membantu Pa Ahok, tapi sebagai Kapolda (saat penggusuran) saya ingin membersihkan Kalijodo. Penggusuran Kalijodo itu awalnya ide saya," kata Tito di Kantor CDCC, Jalan Kemiri nomor 24, Menteng, Jakarta, Kamis (4/8/2016).
Tito menceritakan awal mula rencana penggusuran Kalijodo berawal perisitiwa tabrakan mobil di dekat kawasan tersebut. Kata Tito, akhirnya Ahok langsung berencana membuat penghijauan seperti RPTRA (Ruang Publik Terpada Ramah Anak.
"Ada peristiwa kecelakaan yang ternyata pengemudinya mabuk setelah pulang dari Kalijodo. Saya tanya pak gubernur itu mau diapain Kalijodo, mau diapain pak tempat maksiat itu. Jadi kita berpikir dibuat penghijauan," ujarnya.
Lebih lanjut, Tito waktu itu menyampaikan kepada Ahok bahwa membersihkan lokalisasi lebih mudah dibanding menggusur pemukiman biasa.
"Paling mudah menggusur lokalisasi daripada pemukiman masyarakat. Di sana semuanya lengkap,ya prostitusinya, judinya, premanismenya, narkotikanya," ucapnya.
Karenanya, Tito yang kala itu masih menjabat Kapolda bersedia ketika diminta Pemprov membantu penggusuran.
"Saya bilangin sama pak Ahok, nggak usah masuk. Biar kami yang main, kami perkirakan ada ratusan preman di sana, ya udah kami turunkan 4000 orang. Langsung penuh itu Kalijodo," katanya.
Tito menegaskan bahwa tiap pemimpin harus saling bersinergi, termasuk dengan gubernur. Sehingga, keterlibatan Polda dalam penggusuran Kalijodo jangan disalah artikan.
"Saya kan harus akrab sama Gubernur, Pangdam dengan tokoh-tokoh agama dan semuanya harus saling mendukung," ujarnya.