Dalam rangka mensuport pengembangan kota yang memaksimalkan konsep penggunaan angkutan umum, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah berkoordinasi dengan Kawasan Eko-Industri Modern Pertama di Indonesia yaitu Kawasan Industri Jababeka.
Menurut Kepala BPTJ Elly Adriani Sinaga sumbangsih kemacetan Cikarang ini sangat besar.
"Cikarang dan sekitarnya itu merupakan salah satu daerah bangkitan yang menyumbang kemacetan terbesar di Jabodetabek, terutama truk yang keluar masuk Jababeka dan Cikarang Dry Port yang berada didalamnya,” ujar Elly dalam keterangan resmi, Rabu (3/8/2016).
Guna mengurai kemacetan tersebut, maka pihak Jababeka mestinya ikut membantu menyelesaikan problem yang ada. "Pemerintah dalam hal ini BPTJ akan sangat welcome dan mendukung apabila dari pihak swasta akan berencana membangun”, tambah Elly dalam pertemuan yang dilaksanakan dengan Jababeka kemarin di Kantor BPTJ.
Kawasan Industri Jababeka merupakan kawasan yang dikembangkan bersama-sama dengan ProLH GTZ di bawah program kerjasama teknis yang dibentuk Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia dan Republik Jerman.
Jababeka yang didirikan tahun 1989 memiliki luas lahan 5600 Ha, yang terdiri dari 1700 pabrik dan 7 kawasan industri dengan investor dari 25 negara yaitu Amerika, Jepang, Perancis, Inggris, Belanda, Australia, Korea, Singapura, Taiwan, Malaysia, dan sebagainya.
Di kawasan ini, tidak hanya industri namun juga residensial, sehingga kemungkinan demand yang keluar masuk ke wilayah Jababeka dan pergerakan di dalam wilayah Jababeka itu sendiri juga besar sehingga perlu dipikirkan penyediaan angkutan umumnya.
Pihak Jababeka kepada BPTJ menjelaskan bahwa hasil studi menunjukkan bahwa demand untuk jumlah penumpang dari dan ke Cikarang dengan menggunakan LRT pada tahun 2016 diperkirakan akan berjumlah 1,7 juta penumpang dan ini sangat potensial karena akan ada peralihan hampir 80 persen pengguna kendaraan priibadi ke angkutan umum.
BPTJ tentu mendukung rencana pembangunan LRT yang akan ditarik dari Bekasi Timur menuju Cikarang meskipun persaingan dengan moda lainnya seperti jalan tol, double-douoble track dan commuter line tentu akan terjadi.
“Kami akan sampaikan kepada Menteri mengenai rencana pembangunan ini, Namun sangat tidak memungkinkan untuk membangun Light Rail Transit (LRT) yang 17 Km dengan dana pemerintah", lanjut Elly.
Elly juga menjelaskan pada pelaksanaannya nanti agar diatur di pihak internal Jababeka bagaimana sharingnya dan pembiayaannya untuk mewujudkan konsep Transit Oriented Development (TOD).
BPTJ memastikan bahwa pembangunan LRT ini memang dibutuhkan bukan hanya untuk mensupport industri yang ada disana tapi juga mendukung angkutan umum se-Jabodetabek serta mengurangi kemacetan didalamnya.
Dalam peretemuan ini juga, pihak yang mewakili Jabababeka menyampaikan kesulitan terkait dukungan transportasi angkutan barang. Pihak Jababeka telah uji coba dengan menggunakan moda kereta untuk menembus Tj. Priok, namun waktu tempuh bisa mencapai 4-5 jam dengan jarak 40 Km disebabkan jalur yang digunakan sama dengan penumpang dan gerbong yang ditarik pun sangat terbatas. Dengan rencana menarik LRT dari Bekasi Timur ke Cikarang kami optimis dapat digunakan sebagai alternatif solusi angkutan barang dan penumpang.