Suara.com - Teman Ahok, organisasi pendukung Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, akan menyelenggarakan acara halal bihalal di Sekretariat Teman Ahok, Graha Pejaten, nomor 3, Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (27/7/2016) malam.
Isu yang saat ini santer terdengar, setelah acara halal bihalal, Ahok akan mengumumkan jalur mana yang akan diambil untuk maju ke pilkada Jakarta periode 2017-2022. Jalur partai atau independen.
Juga muncul isu terkait pemilihan tanggal 27 Juli. Dua puluh tujuh Juli merupakan hari bersejarah bagi PDI Perjuangan. Tanggal itu di tahun 1996, terjadi peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat, yang ketika itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri, oleh pendukung Soerjadi didukung aparat. Kasus tersebut kemudian dikenal dengan nama Kudatuli atau Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli. Muncul spekulasi, tujuan pemilihan tanggal dan bulan ini untuk mendapatkan hati Megawati Soekarnoputri sehingga mau mendukung Ahok.
Tetapi, spekulasi tersebut dibantah Ahok.
"Nggaklah, masa pilih tanggalnya (karena) itu. Nggak ada kok. Karena kan Kamis saya mau nonton. Ada beberapa film," kata Ahok.
Saat ini, Ahok tak mau mendahului Teman Ahok mengenai jalur mana yang akan dipilih untuk maju ke pilkada. Ahok tetap menghormati tiga partai pendukungnya, Nasdem, Hanura, dan Golkar.
"Saya sih tergantung temen-temen duduk, parpol sama itu (Teman Ahok) saya yang terbaik saja," katanya.
Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari mengatakan bila benar besok Ahok mau deklarasi, besok, berarti Ahok tidak sensitif terhadap sejarah.
Eva mengatakan 27 Juli 1996 banyak kader PDI Perjuangan pendukung Megawati yang menjadi korban. Menurut dia, harusnya, 27 Juli dijadikan hari untuk mengheningkan cipta, bukan untuk deklarasi persiapan pilkada.
"27 Juli itu tragedi bagi PDI Perjuangan, karena ditumpas Soeharto di Ibu Kota. Banyak kader hilang dan terbunuh, kok jadi hari deklarasi pilkada DKI?" kata Eva kepada Suara.com.