Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku baru tahu kalau stafnya, Sunny Tanuwidjaja, sangat dekat dengan Mohamad Sanusi. Sanusi terjerat kasus suap ketika masih menjabat Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra dan sekarang jadi tersangka KPK.
"Nggak tahu (kalau Sunny suka komunikasi ke Sanusi). Aku waktu denger dia ngomong gitu aduh akrab bener," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (26/7/2016).
Ahok baru kedekatan mereka setelah mendengarkan rekaman percakapan hasil sadapan KPK yang diperdengarkan jaksa di persidangan dengan terdakwa Ariesman Widjaja dan Trinanda Prihantoro di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Senin (25/7/2016).
Ahok juga mengaku tidak tahu kalau Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik dan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah DKI Jakarta Heru Budi Hartono pernah melakukan pertemuan. Pertemuan tersebut diduga membahas usulan kewajiban bagi pengembang reklamasi untuk memberikan kontribusi tambahan sebanyak 15 persen kepada Pemprov DKI.
"Taufik sama saya kan nggak begitu baik. Tapai kan si Heru nggak mau laporin (apa hasil pertemuannya). Dia bilang lebih baik nggak usah jelasin ke saya, bapak nggak usah tahu," kata Ahok.
Ahok curiga Taufik membujuk Heru dan Sunny ikut terlibat mempengaruhi agar kontribusi tambahan ke pengembang reklamasi Teluk Jakarta dihilangkan atau dikurangi.
"Saya denger dari teman-teman suruh dia bujuk saya untuk supaya lunak dikontribusi agar nggak terlalu ngotot. Tapi kan saya nggak ada bukti (kuat)," ujar Ahok.
"Makanya Pak Heru nggak lapor saya. Pak Heru datang lapor saya mah percuma. Aku pasti ngotot daripada dimaki-maki lagi kan dia?" Ahok menambahkan.
Berikut ini transkrip percakapan antara Sunny dan Sanusi yang diputar JPU.
Sunny: Halo, halo
Sanusi: Duh, dimana bro? (tertawa) kangen juga gua sama elo nih, harus ketemu sama lu, susah sih sekarang
Sunny: (tertawa) ah gua yang susah lu gila lu