Pertama dalam Sejarah, Istana Pamer Koleksi Paling Berharga

Senin, 25 Juli 2016 | 19:07 WIB
Pertama dalam Sejarah, Istana Pamer Koleksi Paling Berharga
Istana Merdeka di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Minggu (1/5/2016). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Menyambut perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 71, Istana akan memamerkan koleksi lukisan dan foto-foto Kepresidenan. Pameran yang bertajuk 17/71: Goresan Juang Kemerdekaan tersebut akan dibuka pada 1 hingga 30 Agustus 2016 di Galeri Nasional, Jakarta.
 
Pameran koleksi lukisan Istana Kepresidenan terselenggara berkat kerjasama Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Ekonomi Kreatif, dan Mandiri Art. Acara ini merupakan pameran yang pertamakalinya diselenggarakan sejak Indonesia merdeka. Tujuannya untuk memberikan penghargaan terhadap karya-karya besar.

"Kami ingin memamerkan koleksi Istana untuk dinikmati oleh masyarakat. Pameran ini adalah pameran yang pertamakali, lukisan-lukisan di Istana dibawa keluar dan kemudian dipamerkan. Jadi, ini merupakan bentuk penghargaan kepada karya-karya besar kita untuk diketahui, ditelaah, dianalisis, dipelajari, dan menginspirasi bangsa kita secara keseluruhan," kata Menteri Sekretaris Negara Pratikno di Jakarta, Senin (25/7/2016).
 
Pratikno mengatakan dari sekitar 15 ribu lebih koleksi lukisan milik Istana Kepresidenan, dipilih 28 lukisan fenomenal dari 21 pelukis ternama.

Lukisan-lukisan tersebut didatangkan khusus dari Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Cipanas, dan Istana Yogyakarta.

Selain memamerkan lukisan, juga akan dipamerkan 100 foto kepresidenan dan sejumlah buku tentang lukisan Istana Kepresidenan.

"Ini akan menjadi acara rutin ke depan. Kami harapkan ini juga sebagai sebuah awalan untuk mempunyai museum yang bisa menayangkan karya-karya yang sangat berharga ini agar bisa dinikmati oleh masyarakat," ujar dia.

Bangsa Indonesia Merupakan Bangsa Kreatif

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menuturkan pameran lukisan-lukisan Istana merupakan salah satu bukti dari pesan Presiden Joko Widodo bahwa apa yang ada di wilayah Istana adalah milik rakyat.

"Perlu kami garis bawahi, bahwa Bapak Presiden sudah mengirimkan pesan kepada semua bahwa apa yang ada di wilayah Istana ini menjadi milik rakyat. Ini adalah salah satu bukti bahwa koleksi lukisan Istana bisa diakses. Biasanya kita menyaksikan lukisan-lukisan itu dari jarak jauh," tutur Anies.

Anies berharap momentum ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat menyadari bahwa sebenarnya bangsa Indonesia adalah bangsa yang kreatif. Selain itu, momentum ini menurutnya dapat dimanfaatkan untuk mengingatkan kembali bahwa prestasi bagi para anak bukan hanya prestasi akademik, namun juga kreatif.

"Kami berharap dari sini kita menyadari lagi, mengingatkan ulang, bahwa bangsa kita adalah bangsa yang kreatif. Karya-karya lukis kreatif, bagi sekolah, bagi guru-guru, adalah kesempatan untuk mengingatkan kembali bahwa yang disebut sebagai prestasi dari anak-anak kita bukan saja prestasi akademik di bidang-bidang yang diujikan secara standar, tapi juga prestasi-prestasi bidang kreatif, utamanya pada bidang seni," kata dia.

Adapun daftar koleksi lukisan Istana Kepresidenan yang akan ditampilkan adalah sebagai berikut:

1. Affandi, Laskar Rakyat Mengatur Siasat, 1946
2. Affandi, Potret H.O.S. Tjokroaminoto, 1946
3. Basoeki Abdullah, Pangeran Diponegoro Memimpin Perang, 1949
4. Dullah, Persiapan Gerilya, 1949
5. Harijadi Sumadidjaja, Awan Berarak Jalan Bersimpang, 1955
6. Harijadi Sumadidjaja, Biografi II di Malioboro, 1949
7. Henk Ngantung, Memanah, 1943 (reproduksi orisinal oleh Haris Purnomo)
8. Kartono Yudhokusumo, Pertempuran di Pengok, 1949
9. Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, 1857
10. S.Sudjojono, Di Depan Kelambu Terbuka, 1939
11. S. Sudjojono, Kawan-kawan Revolusi, 1947.
12. S. Sudjojono, Markas Laskar di Bekas Gudang Beras Tjikampek, 1964
13. S. Sudjojono, Mengungsi, 1950
14. S. Sudjojono. Sekko (Perintis Gerilya), 1949
15. Sudjono Abdullah, Diponegoro, 1947
16. Trubus Sudarsono, Potret R.A. Kartini, 1946/7
17. Gambiranom Suhardi, Potret Jenderal Sudirman, 1956
18. Soerono, Ketoprak, 1950
19. Ir. Sukarno, Rini, 1958
20. Lee Man-Fong, Margasatwa dan Puspita Nusantara, 1961
21. Rudolf Bonnet, Penari-penari Bali sedang Berhias, 1954
22. Hendra Gunawan, Kerokan, 1955
23. Diego Rivera, Gadis Melayu dengan Bunga, 1955
24. Miguel Covarrubias, Empat Gadis Bali dengan Sajen, sekitar 1933-1936
25. Walter Spies, Kehidupan di Borobudur di Abad ke-9, 1930
26. Ida Bagus Made Nadera, Fadjar Menjinsing, 1949
27. Srihadi Soedarsono, Tara, 1977
28. Mahjuddin, Pantai Karang Bolong, tahun tak terlacak (sekitar 1950-an)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI