Suara.com - Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat Ruhut Sitompul menyindir kasus koleganya di Partai Demokrat Ramadhan Pohan.
Ramadhan yang menjabat Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat dijemput paksa petugas Ditreskrimum Polda Sumatera Utara dari rumahnya di Jakarta, Selasa (19/7/2016), dan ditetapkan menjadi tersangka dalam perkara kasus dugaan penipuan uang sebesar Rp24 miliar, yang dipinjamnya dari para simpatisan, saat mencalonkan diri jadi wali kota Medan, tahun 2015.
Menurut Ruhut kandidat kepala daerah seharusnya mempersiapkan modal uang dulu sebelum maju ke bursa pilkada. Jangan mengharapkan bantuan dana dari orang lain, katanya.
"Saya mohonlah, kalau mau jadi bupati, wali kota, gubernur, kita harus mandiri, kocek harus ada. Jangan harapkan orang-orang yang mau membantu, membantu itu pasti ada udang di balik bakso. Itu faktanya," kata Ruhut di DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (20/7/2016).
Ruhut mengaku dulu pernah dihubungi Ramadhan setelah Ramadhan kalah dalam pemilihan wali kota Medan. Ketika itu, Ramadhan cerita bahwa dia dikejar debt collector lantaran tidak bisa mengembalikan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh tim suksesnya.
"Jadi Ramadhan itu setahun yang lalu, setelah pengumuman pilkada dia kalah, satu minggu kemudian dia cari saya. Dia bilang, bang aku ini diuber-uber debt collector bang," kata Ruhut.
Menurut Ruhut saat itu Ramadhan merasa tidak utang kepada siapapun. Ketika itu, katanya, tim sukses Ramadhanlah yang menawarkan memberikan bantuan secara ikhlas.
"Aku juga heran bang, aku nggak ada hutang, itu, kan tim sukses saya, mereka memang ikhlas mau membantu, saya nggak pinjam. Kok giliran kalah dia meminta uangnya kembali, gimana ceritanya bang," tutur Ruhut.
"Ada nggak bukti otentik, nggak ada bang. Oke nanti aku coba hubungi, aku kasih pengertian," Ruhut melanjutkan.
Setelah itu, Ruhut tidak tahu kalau Ramadhan ternyata dilaporkan ke polisi.