Sejumlah Orang Tua Korban Vaksin Palsu Lapor Ke Pimpinan DPR

Selasa, 19 Juli 2016 | 14:31 WIB
Sejumlah Orang Tua Korban Vaksin Palsu Lapor Ke Pimpinan DPR
Sejumlah orang tua korban vaksin palsu mendatangi pimpinan DPR RI di gedung Nusantara III Lantai 2, Kompleks DPR, Jakarta, Selasa (19/7/2016). [Suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hari ini, Selasa (19/7/2016), sejumlah orang tua korban vaksin palsu mendatangi pimpinan DPR RI di gedung Nusantara III Lantai 2, Kompleks DPR, Jakarta.

Sejumlah orang tua ini mengaku bahwa anak mereka merupakan korban vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Mutiara Bunda.

Pantau Suara.com, pimpinan DPR yang menemui sejumlah orang tua ini yaitu Ketua DPR Ade Komarudi, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Agus Hermanto dan Fadli Zon. Selain itu, turut hadir juga Komisi IX Dede Yusuf dan anggota Komisi IX Jhon Kennedy Aziz.

Di awal pembicaraanya, salah seorang dari orang tua korban, Heri Zulkifli Sitompul mengatakan, mereka datang untuk meminta bantuan dewan agar pihak rumah sakit dan pemerintah memberikan kejelasan terkait kondisi yang dialami anak mereka pasca mendapat vaksin palsu tersebut.

"Kami ingin menyampaikan keluh kesah, kebimbangan serta ketidak jelasan informasi apa yang sesungguhnya terjadi kepada anak kami," kata Heri.

Heri menerangkan, sejauh ini mereka percaya penuh kepada para dokter maupun rumah sakit untuk memberikan layanan kesehatan kepada anak mereka. Namun ternyata, kepercayaan tersebut justeru dihianati.

Dia juga mengatakan, berdasarkan kepercayaan tersebut, dia rela mengeluarkan sejumlah uang untuk kesehatan anaknya. Tapi, lagi-lagi dia tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan harapan. Katanya, justeru pihak rumah sakit memberikan vaksin palsu yang ia bayar selama ini.

"Kebimbangan kami ini betul-betul menguras pikiran kami. Kami mendapatkan kabar bahwa vaksin palsu ini beredar sejak 2003. Bagaimana dengan anak kami yang lahir setelah tahun 2003? Kepercayaan kami dihianati pak," kata Heri.

"Kami selama ini membayar berapapun harganya, pakai uang pribadi. Ternyata yang kami dapatkan malah vaksin palsu," Heri menambahkan.

REKOMENDASI

TERKINI