Kasus Papua, Ini Fakta dan Isu Versi Polisi Buat Mengacau Yogya

Siswanto Suara.Com
Selasa, 19 Juli 2016 | 06:33 WIB
Kasus Papua, Ini Fakta dan Isu Versi Polisi Buat Mengacau Yogya
Aksi tolak Organisasi Papua Merdeka (OPM) di depan Asrama Mahasiswa Papua, Yogyakarta. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Usai aksi demo oleh sekelompok mahasiswa asal Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua Yogyakarta di asrama Papua Kamasan Yogyakarta pada 14 dan 15 Juli 2016, muncul berbagai sudut pandang pemberitaan di media massa.

"Ada yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Ada pihak-pihak yang sengaja menebar isu dengan tujuan memperkeruh keadaan atau membiaskan alasan mengapa aksi tersebut tidak mendapat izin dan sudah sepatutnya dibubarkan guna menghindari konflik dengan masyarakat dan mencegah munculnya korban," kata Kepala Bidang Humas Polda DIY Ajun Komisaris Besar Polisi Anny Pudjiastuti melalui pesan tertulis kepada Suara.com, hari ini.

Anny kemudian menjelaskan beberapa isu yang menurutnya sengaja disebarluaskan, namun bertentangan dengan fakta di lapangan dari hasil pengamatan masyarakat.

Berita versi pro mahasiswa, kata Anny, menyebutkan pengepungan dan isolasi terhadap asrama Papua Kamasan hingga berakibat penghuni kelaparan dan sakit.

"Faktanya, upaya petugas agar aksi digelar di dalam asrama guna antisipasi terjadinya keributan di tempat umum. Di dalam asrama banyak terdapat persediaan makanan sehingga tidak ada yang kelaparan," kata dia.

Berita versi pro mahasiswa, kata dia, menyebutkan terjadi situasi rusuh dan pemukulan dan perusakan oleh peserta aksi terhadap warga umum yang lewat di sekitar TKP.

"Faktanya, situasi kondusif. Ketegangan kecil hanya terjadi saat masa didorong masuk ke dalam asrama," kata dia.

Berita versi pro mahasiswa, katanya, tindakan represif petugas saat penangkapan warga Papua tanpa alasan jelas di area belakang asrama.

"Faktanya, saat laks sweeping di area belakang asrama Kamasan, ditemukan enam warga Papua bersepada motor yang masih berada di luar dan ada yang membawa panah. Saat hendak diberi pengarahan dan ditanya surat identitas atau SIM, mereka malah cenderung lari dan ada yang memukul petugas. Mereka juga tidak bisa tunjukan SIM. Maka diamankan," kata dia.

Berita versi pro mahasiswa, katanya, mobil PMI yang hendak mengirim logistik dan obat2-obatan dihalangi oleh petugas.

"Fakta, mobil PMI tersebut datang karena menindaklanjuti telepon dari seseorang bahwa warga di dalam asrama kelaparan dan sakit. Namun setelah datang, ternyata tidak ada kondisi sebagaimana yang dimaksud penelepon gelap tersebut. Petugas dari PMI lantas berkoordinasi dengan aparat yang jaga lalu pulang," kata dia.

Berita versi pro mahasiswa: warga sekitar menyalurkan bantuan logistik lewat pintu belakang asrama untuk warga Papua yang terisolir dan kelaparan.

"Fakta, tidak ada penyaluran logistik, di dalam asrama terdapat banyak persediaan makanan. Makanan yang diantar warga merupakan pesanan yang dibeli peserta aksi, supaya mereka tidak perlu keluar asrama," kata dia.

  Berita versi pro mahasiswa tanggal 15 Juli ada tiga wartawan yang terjebak di dalam asrama Kamasan.

"Fakta, tiga wartawan tersebut sudah datang ke asrama kamasan Yogya  sejak pagi untuk wawancara dan diizinkan masuk serta diterima baik. Namun saat selesai, situasi di luar sudah penuh oleh masa gabungan beberapa ormas dan warga DIY. Untuk keamanan, tiga wartawan memilih untuk tetap di dalam. Jadi bukan terjebak, apalagi penyekapan," kata dia.

Berita versi pro mahasiswa, kata Anny, teriakan dan kecaman dari warga DIY yang bernada SARA untuk menolak kehadiran warga Papua.

"Fakta yang ditolak dan dikecam warga DIY adalah unsur separatis dan bukan mahasiswa Papua," katanya.

Berita versi pro mahasiswa tanggal 15 Juli  sempat terjadi kontak senjata petugas Brimob dan peserta aksi sehingga ada korban nyawa.

"Fakta, tidak ada kontak senjata dan tidak ada korban nyawa," katanya.

Anny menegaskan pada 15 Juli warga DIY menggelar aksi bunga di titik nol dengan tema Kitorang Jogja Cinta Papua.

Aksi tandingan ini untuk menepis isu-isu miring yang menggambarkan bahwa warga DIY rasis dan menolak Papua.

"Tanggal 16 Juli 2016 situasi DIY sudah normal. DIY tetap aman dan kondusif," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI