6.000 Warga Ditangkap, Erdogan Pertimbangkan Hukuman Mati

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 18 Juli 2016 | 05:31 WIB
6.000 Warga Ditangkap, Erdogan Pertimbangkan Hukuman Mati
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Reuters/Yagiz Karahan).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pihak keamanan Turki, pada Minggu (17/7/2016), menangkap sekitar 6000 orang yang diduga terlibat dalam upaya kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan pada 15 Juli kemarin.

Erdogan sendiri dalam pidato dihadapn ribuan pendukungnya mengatakan akan mempertimbangkan untuk menerapkan kembali hukuman mati terhadap mereka yang terbukti terlibat dalam kudeta yang menewaskan nyaris 300 orang itu.

Turki sendiri telah menghapus penerapan hukuman mati pada 2004 silam.

Menurut Kementerian Kehakiman Turki dari 6.000 orang yang ditangkap beberapa di antaranya adalah perwira senior angkatan bersenjata, hakim, haksa, dan bahkan seorang penasehat militer Erdogan.

"Dalam demokrasi, keputusan dibuat berdasarkan kehendak rakyat. Menurut saya pemerintah akan berdiskusi dengan oposisi untuk menentukan keputusan," kata Erdogan menanggapi teriakan ribuan pendukungnya yang menuntut hukuman mati terhadap para pelaku kudeta.

"Kita tak bisa menunda lagi, karena di negeri ini mereka yang melancarkan kudeta harus membayar harga dengan harga mahal," tegas dia.

Sebelumnya dalam upacara pemakaman korban kudeta, Erdogan yang telah 13 tahun berkuasa di Turki, menuding Fethullah Gulen, ulama Turki yang mengasingkan diri di Amerika Serikat sebagai orang yang merancang pengkhianatan itu. Ia bersumpah akan menumpas habis para pemberontak.

"Kita akan terus berupaya membersihkan virus dari semua lembaga negara karena virus ini telah menyebar. Sayangnya seperti kanker, virus ini telah membungkus negeri ini," kata Erdogan.

Lebih dari 290 orang tewas, termasuk 100an pelaku kudeta, dalam peristiwa yang berlangsung Jumat malam itu. Hingga Minggu beberapa bentrokan singkat masih terjadi di sebagian wilayah Turki, antara pihak keamanan dengan terduga pendukung kudeta yang berusaha melarikan diri. (AFP)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI