Suara.com - Kepala Sub-Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan suara gemuruh dengan tekanan lemah hingga sedang terdengar dari kawah Gunung Bromo.
"Suara gemuruh yang terdengar dari pos pengamatan Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, itu menandakan gas dan uap air yang keluar dari lubang kawah," katanya saat dihubungi dari Probolinggo, Minggu (17/7/2016).
Aktivitas Gunung Bromo pada 17 Juli 2016 terpantau secara visual cuaca cerah hingga mendung, angin tenang, suhu udara 11-18 derajat celcius, hujan gerimis dengan intensitas 0,4 milimeter dan Gunung Bromo terlihat jelas hingga berkabut.
Asap kawah teramati putih tipis hingga tebal, tekanan lemah hingga sedang, tinggi asap berkisar 50 hingga 600 meter dari puncak kawah ke arah barat daya-barat laut, kemudian terdengar suara gemuruh lemah hingga sedang, dan teramati sinar api.
Sedangkan catatan secara seismik pada 16 Juli 2016 terekam gempa tremor vulkanis menerus (embusan/letusan asap) amplitudo maksimum 0,5-3 milimeter, dengan amplitudo dominan 1 milimeter, sehingga kesimpulannya status Gunung Bromo pada level II atau waspada.
"Berdasarkan energi tremor dan deformasi yang terekam maka secara umum aktivitas vulkanik Gunung Bromo masih belum stabil dan embusan abu vulkanis terjadi selama beberapa pekan terakhir merupakan hasil dari proses erupsi," katanya.
Hendra mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan wisatawan tetap tenang, namun tidak diperbolehkan beraktivitas dalam kawasan dengan radius 1 kilometer dari kawah aktif gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut (mdpl) itu.
Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya mengatakan aktivitas vulkanik Gunung Bromo diperkirakan masih akan terus erupsi dalam beberapa hari ke depan, sehingga masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari puncak kawah.
"Untuk masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo yang akan merayakan perayaan Kasada dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan kesepakatan dari para pemangku kepentingan, khusus untuk acara ritual ada perlakuan khusus dengan melihat faktor keamanan dan tetap memperhatikan rekomendasi PVMBG," tuturnya.
Sutopo mengatakan kegiatan lontar persembahan telah dilakukan koordinasi oleh Ketua Adat Desa Wonokitri dan Desa Ngadisari sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang melakukan pelontaran persembahan di bibir kawah.