Dituduh Jadi Otak Kudeta Turki, Siapa Fethullah Gulen?

Ruben Setiawan Suara.Com
Minggu, 17 Juli 2016 | 09:19 WIB
Dituduh Jadi Otak Kudeta Turki, Siapa Fethullah Gulen?
Fethullah Gulen, di rumahnya di Saylorsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat, (16/7). (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lebih dari 160 orang tewas dalam kekerasan yang terjadi di tengah-tengah upaya kudeta terhadap Presiden Turki Tayyip Erdogan oleh sebuah faksi militer di negara itu.

Pasukan yang loyal terhadap Erdogan mematahkan upaya kudeta yang dilancarkan pada Jumat (15/7/2016) malam. Hanya dalam waktu singkat, pemerintah mampu kembali menguasai keadaan.

Presiden Erdogan juga menyatakan bahwa kup yang gagal merupakan "pengkhianatan" dan memperingatkan bahwa pihak-pihak yang mendalangi kudeta harus menerima konsekuensinya.

Presiden menuding mantan sekutunya, ulama Fethullah Gulen yang mengasingkan diri di Amerika Serikat. Erdogan mengatakan, "struktur paralel" yang mendukung Gulen, berada di belakang upaya kudeta.

Siapa Fethullah Gulen?

Gulen, yang dituding otak dari kudeta, tidak bermukim Turki, melainkan di Pennsylvania, Amerika Serikat. Ia mengasingkan diri di Negeri Abang Sam sejak tahun 1999.

Lelaki berusia 75 tahun itu menjadi ulama selama bertahun-tahun dan pernah disebut sebagai salah satu tokoh Muslim ternama di dunia.

Lelaki kelahiran Ezurum, Turki pada tahun 1941 ini pernah menjadi pendakwah yang ternama di seluruh negeri. Ia menjadi amat terkenal di Turki dan membuka banyak sekolah di Turki, serta di sejumlah negara di Asia dan Afrika.

Gulen memimpin gerakan Hizmet, yang diyakini memiliki jutaan pendukung di Turki, termasuk orang-orang yang memiliki posisi penting di pemerintahan. Gerakan tersebut meluas ke seluruh dunia, tidak hanya di Turki saja.

Gerakan Hizmet mendorong adanya dialog antaragama. Gulen merupakan sosok ulama yang pernah berdialog dengan mendiang pemimpin Vatikan, Paus Yohanes Paulus II, dan sejumlah pemuka Yahudi ternama.

Gulen pernah menjadi sekutu Erdogan. Namun, hubungan mereka meregang ketika Erdogan menuding Gulen berada di balik penyelidikan korupsi terhadap sejumlah tokoh pemerintahan pada tahun 2013 lalu.

Sebagai balasan, Erdogan menangkapi jurnalis, pejabat militer dan polisi yang diyakini pengikut gerakan Gulen. Ia pun menutup sejumlah sekolah swasta yang didirikan Hizmet.

Pada tahun 2014, Turki mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Gulen atas tuduhan upaya menggulingkan pemerintahan. Namun, Gulen membantah tudingan tersebut. Tahun lalu, Gulen masuk daftar orang paling dicari oleh Turki.

Kini, menyusul kudeta gagal, pemerintah kembali menekankan tuduhan tersebut. Seorang jaksa pemerintah mengatakan, ada indikasi keterlibatan langsung Gulen dan gerakannya dalam kudeta ini.

Gulen sendiri, melalui sebuah pernyataan yang dikeluarkan kelompok Alliance of Shared Values, sebuah afiliasi Hizmet, mengutuk upaya kudeta tersebut dan membantah terlibat.

"Saya mengutuk keras, upaya kudeta militer di Turki. Pemerintah harus direbut melalui sebuah proses pemilu yang bebas dan adil, bukan lewat kekerasan. Saya berdoa untuk Turki, untuk masyarakat Turki, dan untuk semua orang yang saat ini berada di Turki agar situasi ini segera selesai dengan damai dan cepat," kata Gulen.

"Sebagai seseorang yang mengalami sejumlah upaya kudeta dalam lima dekade terakhir, amat menyakitkan dituduh terlibat dalam kudeta tersebut. Saya membantah tuduhan tersebut," ujar Gulen.

Menurut Alliance, saat ini Gulen menikmati masa tua di Pennsylvania untuk membaca, menulis, dan berdoa. (Independent)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI