Suara.com - Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) membantah melarang masuknya suplai makanan bagi mahasiswa Papua yang terkepung di dalam Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I, Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, pada Kamis (17/7/2016). Para mahasiswa dikepung dalam asrama karena akan menggelar aksi long march dari Persatuan Rakyat untuk Pembebasan Papua Barat (PRPPB) dari gedung asrama menuju Titik Nol Kilometer.
Bantahan disampaikan oleh Kepala Biro Operasional (Karo Ops) Polda DIY, Kombespol Bambang Pristiwanto dalam konferensi pers yang digelar di halaman Fave Hotel Jalan Kusumanegara Yogyakarta, Sabtu (16/7/2016) waktu setempat.
"Berkaitan dengan pengepungan di dalam asrama sehingga tidak bisa ada suplai logistik masuk, jawaban dari Karo Ops itu hanya pernyataan yang dilebih-lebihkan karena dari pihak kepolisian yang berjaga memperbolehkan dan menghimbau untuk keluar dr Asrama karena kegiatan mereka tidak ada izin dari Kepolisian dan pulang ke tempat tinggalnya masing-masing karena banyak juga warga papua yang datang dari Semarang, Salatiga, Solo, dan sekitarnya bukan hanya dari Yogyakarta saja," kata Kabid Humas Polda DIY Ani Pudjiastuti, mengutip keterangan Bambang.
Diberitakan sebelumnya, Lembaga Bantuan Hukum Indonesia mengecam keras tindakan anarkis yang dilakukan oleh organisasi masyarakat dan aparat Kepolisian daerah Yogyakarta terhadap mahasiswa asal Papua. LBH juga meminta Kapolda DIY untuk tidak meneruskan aksi yang dinilai LBH sudah keterlaluan. Pasalnya, mahasiswa Papua yang ingin membeli makanan saja tidak diizinkan dan akan langsung ditangkap jika tetap melawan.
"Masa orang yang mau makan dihadang dan ditangkap, apa lagi itu adalah rumah mereka. Orang di penjara saja masih diberi makan. Saya bingung, kenapa polisi kita seperti itu," kata Veronica.
Kata Vero, saat ini komdisi mahasiswa Papua yang ada di asrma yang dikepung tersebut sudah kelaparan. Pasalnya, selain karena mereka tidak bisa membeli makanan, tetapi juga karena makanan yang disumbang oleh Palang Merah Indonesia dihadang lalu diusir oleh aparat kepolisian dan Ormas yang terus berjaga di depan asrama.
"Gimana nggak lapar, mereka hanya minum air putih saja sekarang. Banyak warga Yogya yang kumpulkan makanan untuk dikirim ke sana melalui PMI, tetapi dihadang dan diusir oleh Polisi," kata Vero.
Untuk diketahui, United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) atau Persatuan Rakyat untuk Pembebasan Papua Barat (PRPPB) berencana mengadakan long march dengan rute Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I (Jalan Kusumanegara) sampai Titik Nol Kilometer, pukul 09.00-selesai.
Long march diadakan untuk menyatakan dukungan pada ULMWP untuk menjadi anggota penuh Melanesian Spearhead Group (MSG), dan memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis pada Papua Barat.
Dalam konferensi pers Sabtu, Bambang mengatakan, polisi memang meningkatkan penjagaan di Asrama Mahasiswa Papua. Alasan pengetatan keamanan tersebut, karena polisi mencium adanya upaya makar dengan membawa simbol-simbol Organisasi Papua Merdeka (OPM).
"Memang dari aparat Kepolisikan melakukan penebalan keamanan di Asrama Mahasiswa Papua yang jelas jelas akan turun kejalan dengan nyata nyata mereka akan berbuat makar yaitu membawa simbol simbol OPM, selaku Kepolisan Negara kita konsinsten mengawal Keutuhan NKRI, sekali lagi ini adalah tindakan dari OPM!" ujar Bambang.
Bambang menambahkan, pihaknya sudah mengamankan sejumlah orang yang disinyalir aktivis OPM di antara peserta aksi.
"Sehingga kemarin kepolisian berhasil menahan untuk aktifis OPM yg ada di Asrama ini tidak keluar melaksanakan aksi demonstrasi ke titik Nol dan memang dari kemarin dr kepolisian tidak memberikan ijin utk mengadakan aksi," lanjut Bambang.
Polda DIY Bantah Biarkan Mahasiswa di Asrama Papua Kelaparan
Ruben Setiawan Suara.Com
Minggu, 17 Juli 2016 | 08:02 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
TPNPB-OPM Kembali Berulah, Tukang Kayu di Intan Jaya Tewas Ditembak Saat Bekerja
05 November 2024 | 15:00 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI