IDAI Minta Para Ortu Tak Khawatir Berlebihan Soal Vaksin Palsu

Sabtu, 16 Juli 2016 | 13:32 WIB
IDAI Minta Para Ortu Tak Khawatir Berlebihan Soal Vaksin Palsu
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi menerima orangtua korban vaksin palsu di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jakarta, Sabtu (16/7). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Soedjatmiko memahami kegelisahan yang dialami oleh orangtua yang anaknya mendapatkan vaksin palsu dari Rumah sakit tertentu. Kegelisahan tersebut diperparah oleh  penjelasan dari pihak rumah sakit  yang tidak lengkap.Namun, Soedjatkiko meminta para orangtua untuk tidak takut berlebihan akan dampak dari vaksin palsu tersebut.
 
"Kami bisa mengerti kegelisahan orangtua. Para orangtua tentunya tidak mengerti. Ini yang buat mereka ketakutan berlebihan," kata Soedjatmiko dalam diskusi bertajuk 'Jalur Hitam Vaksin Palsu' di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (16/7/2016).
 
Menurut Soedjatmiko berdasarkan informasi yang didapat dan juga dari hasil observasi yang dilakukan Badan resese kriminal  Polri, Kementerian Kesehatan dan Badan POM, kandungan yamg ada di dalam vaksin palsu tersebut hanya berisi cairan infus dan antibiotik jenis garamicin yang merupakan anti bakteri untuk membunuh kuman. Karenanya, tidak terlalu berdampak negatif bagi kesehatan anak-anak.
 
"Kalau betul hanya inpus dan garamicin, dampak ke tubuh anak tak dapat apa-apa asal pembuatannya steril. Kalau nggak ya dampaknya bengkak merah dan demam. Tapi alhamdullillah sampai sekarang belum ada laporan seperti itu," katanya.
 
Terkait dampak selanjutnya, Soedjatmiko mengatakan bahwa  tak akan ada dampak yang berarti namun hanya kekebalan tubuh si anak yang tidak mendapatkan apa-apa sehingga rawan terserang penyakit.
 
"Kekebalan yang mestinya kebal malah enggak dapat apa-apa," kata dia.
 
Soedjatmiko menganjurkan para orang tua untuk melakukan vaksinasi ulang terhadap anak-anaknya. Namun, harus juga diperhatikan penjadwalan pemberian vaksin terhadap sang anak.
 
"Seyogyanya divaksin ulang tapi tentu ada penjadwalannya," kata Soedjatmiko.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI