Suara.com - Seorang bayi laki-laki bernama Irsyad diduga menanggung penderitaan akibat dampak pemberian vaksin palsu oleh Pihak Rumah Sakit Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur. Bayi berusia sembilan bulan tersebut kondisinya semakin lemas usai menerima vaksin beberapa kali dari rumah sakit tersebut.
Berdasarkan pantauan Suara.com saat bertemu di RS Harapan Bunda, kondisi bayi laki-laki dari Ibu Neti tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Saat digendong oleh neneknya, Irsyad hanya bisa membuka dan menutup kelopak matanya. Kondisi fisiknya begitu lemah dan kurus.
Bahkan orang-orang yang datang untuk mendesak pihak Rumah Sakit bertanggung jawab karena telah memberi vaksin palsu kepada sejumlah anak tersebut begitu bersimpati saat melihatnya. Dari sekian banyak, ada orang yang sempat meneteskan air mata hingga mencaci maki dokter yang memberikan vaksin tersebut.
"Masa anak usia sembilan bulan seperti itu, kasihan sekali ya. Jahat sekali sih dokter yang memberikan vaksin palsu itu," kata seorang ibu yang sempat menyaksikan kondisi Irsyad dengan penuh iba.
Sementara itu, sang nenek tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya terus menggendong cucu kesayangannya yang tidak berdaya tersebut. Katanya, cucunya tersebut dulu lahirnya begitu sehat dengan berat badan mencapai 3,1 kilogram. Namun, usai diberi vaksin, kondisinya semakin drop, dan pada akhirnya berat badannya hanya naik 1,4 kilogram saat usianya saat ini mencapai sembilan bulan. Alhasil, Irsyad pun tidak bisa melakukakan gerakan seperti tengkurap atau mungkin hanya untuk menggerakan lehernya saja tidak bisa.
"Dulu lahir sehat, gede, beratnya 3,1, lahirnya di sini juga, setelah divaksin mengalami batuk, pilek, diare, tapi kata dokter itu efek samping, dan tidak berpengaruh bagi kesehatan," katanya.
Karena itu, kedatangan mereka ke RS Harapan Bunda untuk meminta tanggung jawab, agar memberikan jaminan kepada anak-anak mereka yang terkena dampak vaksin palsu tersebut. Namun, belum dapat dipastikan apakah Irsyad, putra Neti, menjadi korban vaksin palsu. Dokter yang menangani anaknya, saat ditanyakan kepada pihak rumah sakit, ternyata sedang tidak ada di tempat dan sedang bepergian ke luar negeri.
Awalnya, kata Neti, setelah mendengar informasi adanya pemberian vaksin palsu oleh RS Harapan Bunda pada Kamis (14/7/2016) malam, pada pagi pukul 08.00 dia bersama dengan kedua orang tuanya langsung ke RS Harapan Bunda. Ia khawatir anaknya menjadi salah satu korban vaksin palsu, melihat kondisinya yang amat memprihatinkan.
"Saya cuma pengen tahu aja ya, kenapa nggak, kalau anak saya ini kena vaksin palsu juga. Karena katanya vaksin palsu ini sudah ada sejak Tahun 2003. Saya minta Rumah sakit bertanggung jawab kalau anak saya kena vaksin palsu," kata Neti kepada Suara.com di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur.