DPR Setuju Intelijen Prancis Kebobolan Antisipasi Terorisme

Jum'at, 15 Juli 2016 | 14:31 WIB
DPR Setuju Intelijen Prancis Kebobolan Antisipasi Terorisme
Wakil Ketua Umum DPP PAN Hanafi Rais. [fraksipan.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Wakil Ketua Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR RI Hanafi Rais sepakat dengan temuan Parlemen Prancis soal intelijen Prancis yang gagal menangkal terorisme gaya baru dengan nama lone-wolf terorist.
 
‎Dia menerangkan, lone-wolf terorist adalah teror yang tidak rumit dalam intrumentasi aksi terornya. Karena, teror seperti ini tidak melibatkan bom atau bahan peledak.
 
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, ‎teror truk di Nice, Prancis merupakan bentuk dari lone-wolf terorist.
 
"Teror truk di Nice semakin mengukuhkan temuan Parlemen Prancis bahwa intelijen Prancis keropos dan gagal menangani fenomena terorisme baru berupa lone-wolf terrorist. Kejadian teror truk di Nice bisa masuk kategori lone-wolf terrorism dan tak lagi rumit dalam instrumentasi aksi terornya karena tak melibatkan bom/bahan peledak lainnya," kata Hanafi dihubungi, Jumat (15/7/2016).
 
Teror truk ini menyasar keramaian dan mengakibatkan 80an orang meningal dunia dan ratusan lainnya luka-luka. Dengan pola seperti ini, menurutnya, teroris sekarang sudah bisa memilih lokasi terornya, yaitu jantung-jantung ekonomi dan simbol kemajuan barat.
 
"Dengan begini Prancis sedang diajak untuk bertempur dalam perang melawan terorisme secara lebih terbuka," kata dia.
 
Menurutnya, intelijen di Indonesia juga sama seperti intelijen di Prancis yang sering kecolongan. Karena, intelijen di Indonesia sempat kebobolan dalam aksi teror bom di Solo pekan lalu. 
 
"Kejadian di solo aja lepas gitu. Padahal katanya polisi udah tahu kalo itu jaringan thamrin. Kalau tahu kenapa tidak bisa dilakukan intersepsi. Atau malah dibiarkan?" kata dia.
 
Namun, Hanafi mengakui intelijen yang kebobolan karena jaringan teroris yang lebih cepat bergerak dibandingkan intelijen itu sendiri.
 
"Perkembangan aksi dan jaringan teror lebih cepat dan cair dibandingkan intelijen," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI