Hadar pun menganggap penyakit yang didera Husni cukup serius. Dia pun mencari tahu lebih jauh tentang penyakit Husni hingga berkenalan dengan direktur rumah sakit. Direktur rumah sakit pun mengatakan, kondisi Husni sedang kritis.
"Itu peristiwanya sekitar jam setengah 12 siang," tutur Hadar.
"Saya pesan betul kepada direktur rumah sakit, tolong bantu betul. Kami di KPU, minta ibu direktur dan tim merawatnya dengan baik. 'baik pak, baik Pak. Tolong bantu doa,' katanya," tambahnya.
Hadar juga diberitahu penanganan untuk Husni. Husni diharuskan diberi tindakan dengan perlakuan khusus. Kata Hadar, saluran vena di jantung Husni perlu mendapatkan tindakan medis.
"Saya ketemu satu dokter lagi, yang kebetulan bertugas mau melakukan istilahnya itu, membuat saluran, saya lupa istilahnya, tapi kurang lebih artinya membuat saluran ke vena utama di jantung," kata Hadar.
"Saya tanya, itu untuk apa? Terus dibilang, ini untuk mengirim obat dengan cepat. Karena kalau lewat sini (menunjuk mulut) terlalu lambat. Itu biasa dilakukan, katanya," cerita Hadar.
Hadar akhirnya menemani sang dokter untuk menemui Husni yang akan segera mendapatkan tindakan medis. Husni pun sempat bertanya soal kehadiran Hadar. Hingga akhirnya, Husni pun meninggal dunia.
"Nah waktu mau melakukan itu saya masih di sana. Pak ketua bilang, 'kok bang hadar masih di sini?'. Saya bilang 'oh nggak, mau ini'. Dan, saat itu dia masih sadar," kata Hadar.
Husni meninggal dunia karena penyakit diabetes. Dia meninggal di usia 41 tahun, yang meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Setelah diberikan Salam penghormatan terakhir oleh para komisioner KPU, jenazah kemudian dimakamkan di Makam Jeruk Purut, Jakarta Selatan.