Suara.com - Puluhan ribu warga negara Indonesia dan umat Islam lain dari berbagai negara di Hongkong melaksanakan salat Idul Fitri di bawah guyuran hujan deras, Rabu (6/7/2016).
Menurut pengamatan di lapangan, rumput Victoria, Causeway Bay, Hongkong, umat Islam mulai mendatangi lokasi pada pukul 06.00 waktu setempat. Sedangkan salat Ied dilaksanakan pada pukul 08.00 dengan khatib Ustadz Rohimnuddin Nawawi Jauhari dari Jakarta.
Hujan yang mengguyur Hongkong, sejak Selasa (5/7/2016) malam menimbulkan sejumlah genangan yang cukup dalam di beberapa titik di lapangan rumput Victoria. Bahkan, menjelang pelaksanaan salat, gemuruh halilintar beberapa kali terdengar.
Ribuan jemaah yang memadati lapangan Victoria pun menggelar plastik sebagai alas dasar, sebelum sajadah untuk menunaikan ibadah.
Namun, dua jam kemudian hujan deras pun turun dan memaksa seluruh jamaah yang tengah menunggu waktu salat tiba, langsung membuka payung untuk melindungi diri.
Meski begitu, hujan deras yang turun tiba-tiba tetap membuat plastik dan sajadah yang telah tergelar, bahkan sebagian badan jamaah basah kuyup. Tiga puluh menit hujan semakin deras, dan imam pun meminta maaf untuk tetap melaksanakan salat Ied di bawah guyuran hujan deras.
Sebagian melaksanakan salat dengan berdiri, sebagian memilih untuk menyingkir ke pinggir lapangan, di bawah jembatan atau emperan toko, untuk bernaung. Sambil menunggu hujan reda.
Hadir dalam salat Idul Fitri, antara lain Konsul Jenderal RI Hongkong Chalief Akbar Tjandranigrat dan beberapa konsul lain. Usai melaksanakan salat, Konjen Chalief Akbar menggelar open house di gedung KJRI dan Wisma Puri Mandiri.
Pemerintah Wilayah Otonomi Khusus Hongkong menyiapkan sepuluh lokasi untuk pelaksanaan salat Ied.
Sepuluh lokasi tersebut yaitu lapangan rumput Victoria di Causeway Bay, Ma On Shan, Tung Chun, Tai Wo Hau, Yuen Long, Tuen Mun, Tsuen Wan, Sheng Shui, Sha Tin, dan Tai Po.
Muslim di Hongkong sebagian besar merupakan orang Tiongkok asli, Pakistan, Malaysia, Filipina, Arab, Afrika, dan negara lainnya, dan banyak pula yang merupakan keturunan campuran antaretnis.
Masyarakat Indonesia sendiri menyumbangkan jumlah yang relatif banyak dalam komunitas Muslim. Kebanyakan dari mereka adalah para TKI yang mencari peruntungan hidup di sana sebagai pekerja rumah tangga atau menamakan dirinya Pekerja Migran Indonesia.
Jumlah PMI di Hongkong dan Macau sekitar 175 ribu orang, sebagian tergabung dalam 60 organisasi Islam yang mereka bentuk sendiri dan bernaung di bawah Persatuan Organisasi Muslim Indonesia. (Antara)