Di sepanjang jalur tersebut sangat minim SPBU dan rest area.
Makanya, polisi sering mengimbau kepada pemudik, lebih baik bawa bekal makanan dan minuman, juga mengisi bahan bakar yang penuh, sebelum masuk tol.
Pentingnya mengisi bahan pakar penuh untuk mengantisipasi kehabisan di tengah jalan. Bayangkan, kalau sampai bahan bakar habis, sementara kendaraan ada di tengah jalan, betapa repotnya. Harus turun, lalu mencari bantuan, untuk mendorong atau menarik kendaraan ke SPBU.
Sebagian pemudik mengalami kasus itu. Dan mereka sangat tersiksa.
Tantangan lainnya adalah kebelet pipis. Itu sebabnya, beberapa hari terakhir, di tepi jalan tol Cipali sering diibaratkan jadi toilet dadakan. Banyak yang tak tahan, lalu terpaksa buang air sembarangan.
Soal makanan tak terlalu dikhawatirkan. Jarang ada kasus pemudik kelaparan karena kehabisan makanan. Biasanya mereka sudah stok duluan sebelum berangkat mudik.
Horor yang paling menyeramkan lagi ialah ketika ban mobil kempes. Tetapi untuk kasus ini jarang terjadi.
Tantangan paling besar dari semua itu adalah menahan emosi. Bagi yang tak sabar bisa saja marah-marah di tengah jalan. Bunyi-bunyikan klakson atau main selap-selip di antara kemacetan.
Kasus semacam itu sering terjadi dan biasanya kalau ketahuan polisi langsung ditindak. Sikap ugal-ugalan selain membahayakan diri, juga bisa memancing emosi pengendara yang lain.
Macet sekitar 40 kilometer termasuk sejarah, sepanjang ada tol Cipali.