Kisah Penukar Uang di Tepi Jalan Gajah Mada Jakarta

Senin, 04 Juli 2016 | 15:56 WIB
Kisah Penukar Uang di Tepi Jalan Gajah Mada Jakarta
Penjual jasa penukaran uang di Jakarta [suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada pemandangan berbeda sejak satu bulan terakhir di tepi Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Jelang Lebaran, banyak orang yang menjual jasa penukaran uang kertas.

"Tukar uang bang? Butuh berapa bang?" kata Sianturi saat dihampiri Suara.com, Senin (4/7/2016).

Setelah memperkenalkan diri, dia baru tahu kalau Suara.com ingin mewawancarainya. Situari kemudian menceritakan kisahnya.

"Gue kira lo mau nukar duit bang. Jadi ini sudah tahun kelima kita bekerja begini bang. Musiman sih, biasanya satu bulan sebelum Lebaran kita udah pada nongkrong sepanjang jalan ini," kata Sianturi.

Menurut Sianturi tahun ini jumlah warga yang menukarkan uang pecahan lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun lalu, dia untung tiga kali lipat dari tahun ini.

"Sekarang sepi bang, nggak kayak tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2015 kemarin sehari untung bersih masuk saku ada sekitar Rp500 ribu. Sekarang boro-boro dapat segitu bang, kemarin saja dapat cuma Rp40 ribu," kata Situari.

Sianturi mengatakan sengaja tidak mau mengambil keuntungan terlalu banyak, mengingat konsumennya sedikit. Kalau ambil keuntungan terlalu besar, masyarakat akan pergi.

"Kita ambil keuntungan itu Rp10 ribu per Rp100 ribu. Jadi kalau dia nukar Rp1 juta, kita dapat untung Rp100 ribu," kata Sianturi.

Siaturi mengungkapkan keuntungan yang dia dapatkan bukan untuk dirinya sendiri. Tapi, masih dibagi dengan pemilik modal atau bandar.

"Rp100 ribu itu dibagi lagi sama bandarnya bang, dia dapatnya lebih banyak. Misal dapat Rp100 ribu ni, dia ambil Rp60 ribu, buat kita Rp40 ribu," kata Sianturi.

Saat diwawancara, Sianturi sekali-kali sambil menawarkan uang kepada pengendara yang lewat. Dia mengangkat-angkat tangan ke arah mereka. Tetapi, sebagia besar pengendara hanya menoleh sebentar, tanpa berhenti.

Uang kertas yang ditawarkan Sianturi semuanya dikemas rapi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI