Suara.com - Masjid Lautze yang dikelola Yayasan Haji Karim Oei terletak di Jalan Lautze, nomor 87-89, di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Masjid ini jadi saksi bisu banyaknya warga keturunan Tionghoa masuk Islam.
Sampai kini, tercatat sudah 1.500 mualaf yang yang baca dua kalimat syahadat di sana.
Wartawan Suara.com diterima oleh salah satu mualaf di Masjid Lautze pada Jumat (1/7/2016) malam. Namanya Ahmad Naga Kunadi. Naga aktif di yang berdiri di kawasan pecinan itu.
Naga menceritakan pengalamannya menjadi saksi mengislamkan warga keturunan. Biasanya, usai menuntun mereka mengucap dua kalimat syahadat, mereka diajari tata cara salat, baca Al Quran hingga mendapatkan guyuran rohani seminggu sekali.
"Yang utama kita ajarkan salat dan kita ajarkan ngaji dan mendengarkan ceramah mingguan seminggu sekali. Kan malu kalau kita muslim kita nggak berakhlak," ujar Naga kepada Suara.com.
Bapak dari dua anak ini menuturkan banyak mualaf sebelum memutuskan resmi masuk Islam, merasakan pergolakan jiwa.
"Biasanya mereka datang ngobrol dan menceritakan bahwa sudah lama mengalami pergolakan bathin selama tiga tahun dan banyak yang sharing ke saya," katanya.
Calon mualaf yang datang menemui Naga selalu disarankan untuk lebih dulu mengucapkan dua kalimat syahadat seraya mempelajari ajaran Islam.
"Kalau saya sih memberikan saran langkah terbaiknya untuk menjadi seorang muslim bisa ucapkan syahadat dulu baru belajar," kata Naga.
"Setelah ucapin dua kalimat syahadat kita tanyain dulu apa kebutuhan pokoknya," lelaki kelahiran Jakarta pada 15 April 1976 menambahkan.
Naga juga menceritakan pengalamannya ketika masuk Islam tahun 2002. Ketika itu, dia ditentang keras oleh keluarga besarnya. Bahkan sampai sekarang ada anggota keluarga yang memusuhinya.
Tetapi yang namanya sudah panggilan, semua resiko dihadapi. Naga sekarang lebih damai menjadi Islam.
Dia selalu menasihati orang yang baru masuk Islam agar selalu berbhakti kepada orangtua, meskipun mereka menentang pilihan.
"Meski orang tua nggak setuju kita tidak boleh melakukan perlawanan kepada orangtua. Kita hormatin orangtua. Yang kita perdebatkan kan masalah teologi, tetapi akhlak kepada orangtua tetap dijalankan," katanya.
Dari Baca Al Quran
Naga mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Lautze pada 2002.
Bermula dari mimpi membaca Al Quran. Dia merasa tersentuh dan selanjutnya tertarik untuk mempelajari Islam mulai tahun 1995.
"Waktu itu dalam mimpi saya, saya iseng baca Al Quran.Tidak lama kemudian saya pergi ke toko buku dan saya iseng baca Alquran dan saya baca itu surat Al Humazah, saya kaget kok seperti ada di mimpi saya. Dari situ saya penasaran dengan Islam," ujar Naga.
Sejak saat itu, lelaki yang memiliki nama Tionghoa Qiu Xue Long terus mempelajari Islam. Ayah dari dua anak ini sampai mencegat ustadz pulang dari masjid demi belajar Islam.
"Kalau ada pengajian di dekat rumah, saya nunggu di luar masjid, setelah selesai pengajian saya cegat ustadznya, saya minta alamat ustadz itu karena saya ingin belajar Islam dan belajar ngaji di rumah ustadznya, karena waktu itu saya nggak boleh masuk karena belum di khitan," kata dia.