Suara.com - Melewati Jalan Lautze, Sawah Besar, Pasar Baru, Jakarta, mata akan tertuju pada salah satu bangunan. Bangunannya mirip kelenteng.
Itulah Masjid Lautze yang sangat terkenal. Letaknya di Jalan Lautze 87. Bangunannya berada kawasan pecinan. Lautze artinya guru atau orang bijak.
Masjid tersebut didirikan oleh lelaki keturunan bernama Junus Jahja. Junus merupakan mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung era Presiden B. J. Habibie.
Masjid yang namanya sama sekali tak berbau Arab tersebut dikelola oleh Yayasan Haji Karim Oei.
Memasuki masjid yang terdiri dari empat lantai, pengunjung akan merasakan nuansa Tionghoa. Hiasan lampion ada di masuk, warna bangunannya merah, hijau, dan kuning.
Ada satu hal yang paling terkenal di masjid ini. Di masjid inilah banyak keturunan yang masuk Islam. Mereka mengucapkan dua kalimat syahadat di sana.
Salah satu mualaf yang juga jamaah Masjid Lautze bernama Ahmad Naga Kunadi.
naga mengatakan tujuan pembangunan Masjid Lautze ialah untuk mendorong asimilasi suku Tionghoa ke masyarakat Indonesia. Melalui agama Islam, kata dia, tidak ada sekat perbedaan Tionghoa dan masyarakat Indonesia yang secara umum muslim
"Dulu pendiri Pak Junus Jahja sebagai tokoh pembauran. Gerakan pembauran makanya etnis Tionghoa bisa bersatu, itu tujuan awal pendirian masjid. Jadi seiring dengan berkembanganya zaman, Masjid Lautze lebih sering dikenal kepada proses pengislaman sendiri," ujar Naga kepada Suara.com, Jumat (1/7/2016) petang.
BERITA TERKAIT
Muhammadiyah Usul Definisi Ulang Istilah Mualaf, Tidak Berlaku Seumur Hidup?
15 November 2024 | 11:13 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI