Teror di Bandara Istanbul, 28 Tewas dan Puluhan Terluka

Rabu, 29 Juni 2016 | 05:44 WIB
Teror di Bandara Istanbul, 28 Tewas dan Puluhan Terluka
Suasana pasca-serangan teror di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki, Selasa (28/6/2016) waktu setempat. [Reuters/Murad Sezer]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setidaknya tiga pelaku bom bunuh diri dilaporkan melepaskan serentetan tembakan, sebelum kemudian meledakkan dirinya di pintu masuk Bandara Internasional Ataturk di Istanbul, Turki, Selasa (28/6/2016) watu setempat. Sebagimana dirilis Reuters yang mengutip Gubernur Istanbul, setidaknya 28 tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat aksi teror itu.

Petugas polisi disebut sempat melepaskan tembakan demi menghentikan para teroris, tepat ketika mereka sampai di pos pemeriksan di bagian kedatangan bandara ketiga tersibuk di Eropa itu. Namun para penyerang itu lantas malah meledakkan dirinya.

Kepada wartawan, Gubernur Istanbl, Vasip Sahin, mengungkapkan bahwa setidaknya 28 orang tewas dan sekitar 60 orang terluka akibat serangan tersebut. Beberapa saksi mata melaporkan ada dua ledakan, namun Sahin mengatakan bahwa pihak berwenang meyakini ada tiga pelaku bom bunuh diri dalam kejadian itu.

"Ada sebuah ledakan besar, benar-benar keras. Atap (bandara) pun runtuh. Di dalam bandara (suasananya) mengerikan. Anda tak akan bisa mengenalinya, kerusakannya besar sekali," lapor Ali Tekin, salah satu saksi mata yang mengaku berada di lokasi itu menunggu seorang tamu, saat serangan terjadi.

Tak lama setelah terjadinya ledakan, petugas polisi pun segera mengevakuasi bandara itu. Sementara sejauh ini, sebagaiman dikutip dari Kantor Berita Dogan, kepolisian menduga serangan tersebut didalangi oleh ISIS.

Mengutip salah satu sumber kepolisian, Dogan menyebut bahwa (ada dugaan) "ISIS berada di belakang serangan (ini)". Namun sementara itu, seorang pejabat Turki lainnya menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengonfirmasi ada kaitan itu (maupun dengan pihak lain) saat ini. [Reuters]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI