Suara.com - Pemerintah Indonesia yakin Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte tidak akan menghambat pembebasan sandera Abu Sayyaf. Rodrigo mulai mengambil alih pemerintahan 30 Juni mendatang.
"Komunikasi akan terus di jalankan dengan pemerintah baru Filipina yang akan mulai mengambil alih pemerintahan mulai tanggal 30 Juni 2016," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Ruang Palapa, Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2016).,
Retno memastikan pemerintahan baru di Filipina nantinya tidak akan menjadi penghambat Indonesia untuk membebaskan para sandera.
"Pergantian pemerintah baru di Filipina diyakini tidak akan menjadi penghambat penanganan sandera," kata Retno.
Setelah pergantian pemerintah baru, Retno juga akan mengatur pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Filipina.
"Menurut rencana saya akan melakukan pertemuan dengan Menlu Filipina yang baru, secepat mungkin setelah taggal 30 Juni 2016," katanya.
Diberikan banyak media, Rodrigo menuai banyak kontroversi setelah terpilih menjadi presiden. Salah satunya, dia dikecam media karena mengatakan kebanyakan wartawan yang terbunuh di negaranya memang sudah seharusnya meninggal. Seperti dilansir BBC, Sejak tahun 1986, 176 wartawan terbunuh di Filipina. Hal itu menjadikan Filipina sebagai salah satu negara yang paling berbahaya bagi wartawan.
Rodrigo juga pernah menghina PBB karena dikritik oleh dunia internasional. Rodrigo mengatakan PBB hanya diam, padahal perang di Timur Tengah terus terjadi. Bahkan dia mengkritik PBB tak bisa berbuat apa-apa saat perang terjadi di Afrika.