Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk membebaskan tujuh Warga Negara Indonesia Anak Buah Kapal (ABK) yang disandera di laut Sulu Filipina Selatan.
Tujuh korban penyanderaan adalah ABK tugboat (kapal tunda) berbendera Indonesia, Charles, dan kapal tongkang Robby di laut Sulu Filipina Selatan.
"Sedang dikerjakan oleh tim (penanganan pembebasan)," ujar JK usai menghadiri buka puasa bersama di Jenggala Center, Jalan Ciasem, Kebayoran Baru, Jakarta, Sabtu (25/6/2016).
Adapun, untuk upaya pembebasan tersebut, pemerintah telah mendirikan Crisis Center di bawah Kementeran Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan yang juga melibatkan BIN dan aparat TNI dan kepolisian. Oleh karena itu, pemerintah terus mencari solusi.
"Crisis center itu di bawah Kemenko Polhukam. Di dalamnya ada BIN (Badan Intelijen Negara), TNI, Kepolisian. Sedang dicari solusinya,"ungkapnya.
Namun demiakian, sebelumnya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi belum bisa memastikan apakah kelompok bersenjata itu masih jaringan Abu Sayyaf yang pernah menyandera WNI sebelumnya atau bukan.
Suara.com - Berdasarkan keterangan Menlu, penyanderaan terjadi di laut Sulu dalam dua tahap pada tanggal 20 Juni 2016, yaitu pertama sekitar pukul 11.30 waktu setempat, dan sekitar 12.45 waktu setempat oleh dua kelompok bersenjata yang berbeda. Pada saat terjadi penyanderaan. Kapal membawa 13 orang ABK WNI, tujuh disandera dan enam lainnya dibebaskan.