Suara.com - Tiga tahun setelah Perdana Menteri Inggris menggagas strategi untuk mereformasi Eropa dan mewujudkannya dalam bentuk referendum, rakyat Britania Raya, yang terdiri atas Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara, pada Kamis (23/6/2016), telah memilih untuk Brexit, atau keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Dengan demikian, dalam beberapa bulan ke depan, para pemimpin Britania dan Eropa akan mulai bernegosiasi tentang keluarnya Inggris dari blok ekonomi Eropa tersebut.
Brexit akan mempengaruhi perekonomian Britania, kebijakan imigrasi, dan banyak hal lainnya. Namun, butuh waktu bertahun-tahun sampai kondisi negara benar-benar stabil. Berikut ini beberapa perubahan penting yang akan terjadi pada Britania usai kemenangan Brexit:
Proses keluarnya Britania dari keanggotaan Uni Eropa akan memakan waktu minimal dua tahun.
Seperti dilansir dari Vox, proses ini membutuhkan waktu sekurang-kurangnya dua tahun sebagaimana diatur dalam Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa. Selama kurun waktu tersebut, Britania masih terikat aturan Uni Eropa.
Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa mengatur prosedur keluarnya negara anggota dari Uni Eropa. Pasal tersebut mewajibkan negara anggota memberitahu Uni Eropa soal pemutusan keanggotaannya dan mewajibkan Uni Eropa untuk mencoba bernegosiasi dengan negara yang bersangkutan.
Dalam dua tahun, Uni Eropa dan Britania akan merumuskan sebuah perjanjian baru untuk mengganti perjanjian keanggotaan Uni Eropa. Kedua belah pihak masih harus membahas isu-isu seperti tarif perdagangan, imigrasi, dan berbagai regulasi, dari mobil sampai pertanian.
Skenario terbaiknya, Britania mungkin masih akan diizinkan untuk masuk pasar Eropa seperti saat ini. Contohnya Norwegia. Meski bukan anggota Uni Eropa, namun mematuhi aturan Uni Eropa dengan imbalan diperbolehkan masuk pasar Uni Eropa.
Jika tidak ada perjanjian baru yang tidak disepakati, seperti dikutip dari Reuters, Uni Eropa hanya akan meminta Britania menunggu dua tahun sampai waktunya menyampaikan pemberitahuan bahwa mereka keluar dari Uni Eropa. Sampai kesepakatan itu dibuat dan ditandatangani, Britania masih jadi anggota uni Eropa yang sah, meski tidak akan diikutsertakan dalam diskusi-diskusi terkait keluarnya mereka.
Para petinggi Uni Eropa akan menggelar pertemuan
Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk akan mengepalai sebuah pertemuan tingkat tinggi Uni Eropa pekan depan. Pertemuan tidak akan mengikutsertakan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Tusk sudah berbicara dengan 27 anggota Uni Eropa lainnya dan menyatakan bahwa mereka berupaya menjaga keutuhan Uni Eropa.
Para menteri luar negeri dari enam negara pendiri Uni Eropa, yakni Jerman, Prancis, Italia, Belanda, Belgia, dan Luxemburg akan mengadakan pertemuan reguler di Luxemburg siang ini. Mereka akan kembali berkumpul di Berlin, Jerman, hari Sabtu. Pada Senin, Donald Tusk dan Presiden Prancis Francois Hollande, serta Kanselir Jerman Angela Merkel akan bertemu.
Uni Eropa harus bergerak cepat
Uni Eropa harus segera bersiap menutup celah keuangan yang ditinggalkan Britania, negara dengan perekonomian kelima terkuat di Uni Eropa. Britania memberikan kontribusi sebesar 7 miliar Euro terhadap anggaran tahunan Uni Eropa yang mencapai 145 miliar Euro.
Uni Eropa juga akan mengklarifikasi secepat mungkin status dari perusahaan-perusahaan atau perseorangan yang saat ini masih memanfaatkan hak-hak dagang Uni Eropa, beroperasi, dan tinggal, baik di Britania maupun Uni Eropa.
Uni Eropa harus segera menunjukkan eksistensi mereka sebagai blok yang kuat menyusul keluarnya Britania.
Sejumlah negara lain punya peluang gantikan posisi yang dipegang Britania
Britania akan segera meletakkan posisinya sebagai presiden dewan kementerian Uni Eropa dengan periode jabatan enam bulan pada bulan Juli tahun depan. Tempat Britania sebagai presiden dewan kementerian Uni Eropa dapat digantikan oleh Estonia, Malta, atau Kroasia.
Ancaman disintegrasi
Pada dasarnya, tidak ada perubahan yang terjadi dalam waktu dekat. Rakyat Britania masih menjadi rakyat Uni Eropa dan aktivitas usaha masih akan berjalan seperti biasa.
Namun, pada praktiknya, banyak para pedagang, investor, dan pemangku kebijakan yang akan mengantisipasi keluarnya Britania dari Uni Eropa. Britania juga terancam terpecah belah apabila Skotlandia, yang mendukung tetap dalam Uni Eropa kembali ingin memerdekakan diri dan bergabung dengan Uni Eropa sebagai negara yang berdaulat. (Reuters/Telegraph/Vox)
5 Hal Ini yang Akan Terjadi Usai Inggris 'Ceraikan' Uni Eropa
Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 24 Juni 2016 | 19:02 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
KASIHAN Thomas Tuchel Kabarnya Dipaksa Keluar Inggris Setelah Dipecat Chelsea
23 September 2022 | 17:07 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI