Menanggapi kasus penggerebekan produksi vaksin palsu di Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengaku belum pernah mendapat laporan dari masyarakat terkait dampak dari suntik vaksin palsu tersebut.
"Memang kasus serupa pernah terjadi pada 2013 berdasarkan temuan BPOM, tapi sampai saat ini kami tidak pernah mendapat laporan adanya bayi yang terkena dampak vaksin palsu," ujar Menkes Nila pada temu media di Gedung Kementerian Kesehatan Jakarta, Jumat (24/6/2016).
Meski belum dapat memastikan kandungan dari vaksin palsu, Menkes mengatakan jika vaksin berisi cairan infus atau campuran antibiotik, dampaknya tidak terlalu berat.
"Yang kami takutkan justru ada bahan bahan lain di vaksin palsu yang membahayakan, atau proses produksi yang tidak steril. Hal ini bisa memicu reaksi di kulit anak tersebut," imbuhnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Dra. Togi Junice Hutadjulu selaku Dir. Pengawasan Produksi Produk Terapetik BPOM mengatakan membutuhkan waktu beberapa hari lagi untuk menyimpulkan isi kandungan sampel vaksin palsu yang diberikan Bareskrim.
"Karena ini produk biologi kami memerlukan beberapa hari untuk pengujian sehingga hasil pengujian belum dapat disimpulkan," kata dia.