Suara.com - Referendum penentuan keanggotaan Britania di Uni Eropa akhirnya dimenangkan oleh kubu pro Brexit, yang menginginkan Britania untuk keluar dari blok ekonomi Eropa tersebut. Kubu Brexit meraup dukungan dari 51,9 persen pemilih atau 17.410.742 suara, mengalahkan kubu yang menginginkan agar Britania tetap bergabung dengan Uni Eropa, dengan raihan 48,1 persen pemilih atau 16.141.241 suara.
Sebagai informasi, Britania terdiri atas wilayah Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara. Sebagian besar pemilih di wilayah Inggris dan Wales amat mendukung pemisahan Britania dengan Uni Eropa, sedangkan mayoritas pemilih di Skotlandia dan Irlandia Utara lebih memilih Britania mempertahankan keanggotaannya dalam Uni Eropa.
Lansiran BBC, ketua Partai Kemerdekaan Inggris (UKIP), Nigel Farage, menyebut ini sebagai "hari kemerdekaan Inggris. Namun, kubu yang menginginkan tetap di Uni Eropa, menyebut ini sebagai "bencana".
Menyusul hasil ini, seperti dikutip Telegraph, nilai tukar Poundsterling terhadap Dolar AS jatuh ke level terendah sejak 1985, yakni di level $1,35.
Angka keikutsertaan pemilih dalam referendum ini mencapai 70 persen, yakni lebih dari 30 juta orang yang memberikan suaranya. Angka ini merupakan yang tertinggi pada pemilihan di Britania, sejak tahun 1992.
"Ini adalah kemenangan bagi rakyat banyak, bagi orang-orang baik," kata Nigel Farage, ketua UKIP yang sudah menyerukan pemisahan Britania dari Uni Eropa selama 20 tahun terakhir.
Ia juga menyerukan kepada Perdana Menteri David Cameron untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Cameron adalah sosok yang menggelar referendum, namun menentang pemisahan.
Seorang sumber dari Partai Buruh mengatakan, "Jika kubu pro Brexit menang, maka Cameron harus benar-benar mempertimbangkan posisinya".
Namun, sejumlah tokoh yang pro Brexit dari Partai Konservatif - partai pimpinan Cameron - seperti mantan Wali Kota London Boris Johnson, dan Michael Gove, telah menandatangani sebuah surat yang menyatakan agar Cameron tetap menjadi Perdana Menteri apapun hasil dari referendum.
Mantan Menteri Uni Eropa dari Partai Buruh, Keith Vaz, kepada BBC mengatakan bahwa para pemilih memberikan suara mereka dengan mengedepankan "emosi" dan mengesampingkan nasihat para pakar yang memperingatkan dampak ekonomi yang ditimbulkan dengan berpisah dari Uni Eropa.
Vaz mengatakan, Uni Eropa harus melakukan rapat darurat untuk mengantisipiasi dampak dari referendum tersebut, yang disebutnya sebagai "bencana bagi negeri kita, bagi negara-negara Eropa lainnya, dan seluruh dunia".
Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier menggambarkan hasil referendum tersebut sebagai "hari yang menyedihkan bagi Eropa dan Britania Raya".
Namun, pendukung Brexit, anggota parlemen Liam Fox mengatakan, para pemilih sudah menunjukkan "keberanian" dengan memutuskan untuk "mengubah sejarah" bagi Britania, dan dia harap, bagi negara-negara Eropa lainnya.
Brexit Menang, Inggris Ucapkan Selamat Tinggal pada Uni Eropa
Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 24 Juni 2016 | 14:07 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
KASIHAN Thomas Tuchel Kabarnya Dipaksa Keluar Inggris Setelah Dipecat Chelsea
23 September 2022 | 17:07 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI