Paku-paku tersebut berasal dari berbagai titik. di Jakarta Pusat misalnya, di sekitar Istana Merdeka, Galur, Jalan Majapahit, Jalan Veteran, Jalan Soeprapto, Kemayoran. Di Jakarta Barat, antara lain Roxy, Cideng, flyover Roxy, Cengkareng, dan Angke. Jakarta Selatan, antara lain di sekitar Pancoran, Pondok Indah, Jalan T. B. Simatupang. Jakarta Timur, antara lain Cakung. Jakarta Utara, antara lain di Cilincing.
Siswanto mengatakan setiap hari rata-rata tiap relawan bisa mengumpulkan sekitar tiga kilogram paku.
"Kita minimal dari pagi saja dari habis Subuh minimal tiga sampai dua kilo dapat paku. Kalau siang saya biasanya saya muter lagi, saya lewat ada paku lagi, nggak ada habisnya ini paku-paku," kata bapak dari tiga anak.
Diintimidasi
Relawan seringkali menerima intimidasi ketika bekerja. Terutama dari sebagian tukang tambal ban. Suatu hari, mereka pernah dilempar botol oleh tukang tambal ban.
"Tadi saya diancam sama orang karena kami menyapu bersih ranjau paku untuk tidak melakukan lagi, dan dia ngakunya anggota polisi, tapi menurut saya itu oknum. Kalau polisi harusnya kan membantu kita. Relawan kami sering diancam oleh oknum -oknum yang menurut saya itu pelaku (tambal ban)," kata dia.
Mereka juga pernah digoda dengan tawaran uang Rp3 Juta per bulan agar jangan aksi sapu ranjau paku dari sebagian tukang tambal ban.
"Ada yang nyamperin dan mengancam kita dan mau kasih uang perbulan agar kita tidak menyapu ranjau paku di jalan, kita nolak," kata Siswanto.
Niat menolong