Suara.com - Tim pengacara Jessica Kumala Wongso mengatakan jawaban yang disampaikan jaksa penuntut umum justru mendukung nota keberatan yang mereka ajukan.
"Sebenarnya kalau kita perhatikan dengan cermat uraian jaksa itu justru memberikan dukungan kepada eksepsi kami," kata ketua tim pengacara Jessica, Otto Hasibuan, usai menghadiri sidang lanjutan dengan agenda mendengar pembacaan replik JPU di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (21/6/2016).
Menurutnya dalam replik, jaksa tidak menjelaskan fakta mengenai asal-usul sianida dan kronologis tindak pidana pembunuhan berencana yang disangkakan kepada Jessica.
"Justru itulah yang kami kutip dieksepsi kami karena JPU tidak menguraikan secara jelas darimana racunnya, bagaimana mengambil racun, apakah serbuk atau cairan terus dimasukkan kemana, cara membawanya bagaimana? Apa dalam botol atau dalam kotak. Itu semua rangkaian peristiwa yang tidak uraikan," kata dia.
Dia menilai paparan replik dan dakwaan jaksa menandakan sangkaan kasus tidak memiliki konstruksi hukum yang jelas.
"Ini sebenarnya dibunuhnya dengan cara apa, apakah sianida, atau tidak," kata dia.
Jessica merupakan terdakwa kasus pembunuhan terhadap Mirna.
Mirna meninggal dunia usai meneguk es kopi Vietnam bercampur zat sianida di kafe Olivier, Grand Indonesia Mall, Jakarta Pusat, pada Rabu (6/1/2016).
Saat peristiwa terjadi, di meja yang sama, Mirna ditemani dua kawan, Jessica dan Hanie. Mereka merupakan teman sekampus di Billy Blue College of Design, Sidney, Australia. Mereka lulus 2008.
Jessica ditangkap saat berada di Hotel Neo, Mangga Dua, Jakarta Utara, Sabtu (30/1/2016) sekitar pukul 07.45 WIB.