Suara.com - Global Editors Network kembali mengadakan konferensi tingkat tinggi di Vienna, Austria, pekan ini, 15-17 Mei 2016. Hadir lebih dari 600 pemimpin redaksi, CEO media terkemuka hingga praktisi media dari berbagai negara. Beragam aktivitas berlangsung selama tiga hari, dari konferensi, pameran, workshop, kompetisi start up, hingga penghargaan untuk jurnalisme data.
Dari beragam acara yang dihelat Global Editors Network Summit 2016, konferensi paling banyak mendapat perhatian pengunjung. Beragam isu dibahas, mulai dari perkembangan media konvensional hingga media baru, perkembangan teknologi, pertumbuhan pengakses video, pertarungan publisher dan platform, jurnalisme data, pengalaman media-media besar bertransformasi ke media baru, anatomi media masa depan, bisnis media digital hingga kisah-kisah sukses media dalam memenuhi permintaan pembaca.
Dari puluhan isu yang dibahas, salah satu yang menarik adalah jurnalisme robot. Pada GEN Summit dua tahun lalu, telah dibahas teknologi yang membantu jurnalis secara otomatis. Dan tahun ini, GEN membahas proyek jurnalisme robot untuk membantu kerja-kerja ruang redaksi. Dan konferensi tahun ini kembali membahas kemungkinan robot bekerja menggantikan jurnalis.
Media yang sedang melakukan proyek jurnalisme robot ini adalah Norwegia News Agency. Seperti diungkapkan Helen Vogt, Direktur Inovasi Norwegia News Agency, robot sangat memungkinkan menggantikan peran editor di beberapa isu liputan. “Untuk liputan sepakbola misalnya, jurnalisme robot memungkinkan dan bisa diterbitkan dalam waktu 30 detik setelah pertandingan berakhir,” kata dia.
Dijelaskan Vogt, manusia tidak perlu memerika artikel sebelum diterbitkan karena robot dipercaya lebih akurat dan bekerja lebih intensif. “Kami ingin bekerja lebih cepat, dan jurnalisme robot jawabannya,” kata dia.
Robot membutuhkan waktu lima sampai sepuluh detik untuk menulis laporan hasil pertandingan sepakbola. Ini bisa terjadi karena selama ini ruang redaksi di seluruh dunia sudah mengadopsi sistem otomatis di berbagai aktivitas. Yahoo misalnya, sudah membuat liga fantasi, AFP membuat laporan keuangan otomatis dan lainnya. Robot ini bekerja dengan template buatan jurnalis, penyusunan menggunakan algoritma dan pemograman bahasa.
“Jurnalisme robot akan lebih akurat dan tidak akan membuat kesalahan yang sama kedua kali,” kata dia.
Berdasarkan pengalaman Norwegia News Agency, kata Vogt, jurnalisme robot yang menyampaikan liputannya mengambil data dari database yang diawaki para editor. Meski robot diyakini tidak membuat kesalahan kedua kali, namun ada sejumlah kesalahan yang tidak dibayangkan saat pemrograman dilakukan.
Sebagai contoh pemain yang mencetak gol bunuh diri sebagai pemenang pertandingan. Kisah ini muncul sebelum produk robot terbit tanpa pemeriksaan editor. Meski demikian, Vogt mengatakan, berita sepakbola adalah liputan beresiko paling rendah untuk percobaan.
Sejumlah pekerjaan di ruang redaksi saat ini sudah dilakukan secara otomatisasi. Seperti pemrograman untuk periklanan, alih bahasa, pemrograman autogenerated untuk teks dan video hingga penyusunan algoritma.
"Meski sudah banyak pekerjaan di ruang redaksi yang dilakukan secara otomatis, robot tetap tidak mungkin bisa menggantikan peran jurnalis. Percobaan kecil saat jurnalis beradu dengan algoritma, manusia pemenangnya," kata dia.