Suara.com - Presiden Joko Widodo mengajukan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai Kapolri kepada DPR, kemarin. Tito melangkahi beberapa angkatan di atasnya.
Tito angkatan 1987 di Akademi Kepolisian. Dia akan menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang merupakan angkatan 1982. Artinya, ada lima generasi yang dilewati Tito.
Tito menyadari telah melangkahi senior-seniornya, itu sebabnya dia akan merangkul mereka setelah dilantik menjadi Kapolri.
"Saya akan rangkul semua senior-senior," papar Tito di DPR, Kamis (16/6/2016).
Lebih jauh, Tito menceritakan pengalaman merangkul senior di kepolisian. Yang perlu ditonjolkan ialah interpersonal skill dan leadership yang kuat.
Seperti ketika dia menjadi Kapolda Papua. Ketika itu, dia menggantikan kapolda dari angkatan 1971. "Saya sendiri 1987 dan hubungan kami sangat baik," katanya.
Pengalaman lain ketika dia menjadi Kapolda Metro Jaya, Wakapolda-nya merupakan angkatan 1983 dan orang ketiga di Polda Metro Jaya angkatan 1985.
"Pejabat utama banyak angkatan 1983 sampai 1986. Kami bisa kerjasama dengan baik," tutur Tito.
Visi misi Tito ialah mereformasi tubuh Polri. Tito akan merangkul semua senior untuk menjalankannya agar penegakan hukum dan pelayanan publik semakin profesional.
Tito menjamin tidak akan ada gejolak di internal Korps Bhayangkara. Polri merupakan organisasi yang berasaskan komando tunggal sehingga siapapun pemimpinnya, harus diikuti.
"Jadi kalau yunior memiliki keinginan, berkomitmen dan menunjukkan tekad yang kuat mengakomodir kepentingan, maka dapat diikuti semua. Yang penting, kualitas leadership," kata Tito.
Tito telah berkomunikasi dengan para senior yang sebelumnya diusulkan menjadi calon Kapolri, seperti Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso dan Kepala Lemdikpol Komjen Syafruddin.
"Dari komunikasi kita, saya dapat pesan, prinsipnya senior mendukung. Tapi saya harus tunjukkan leadership yang dapat diterima, yaitu dengan komitmen memperbaiki polisi," ujar Tito.