Rencana Inggris 'Tinggalkan' Uni Eropa Bikin Cemas

Esti Utami Suara.Com
Selasa, 14 Juni 2016 | 08:12 WIB
Rencana Inggris 'Tinggalkan' Uni Eropa Bikin Cemas
Markas besar Uni Eropa. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker dan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi menggelarkan pertemuan pada Senin (13/6/2016) malam untuk membahas urusan ekonomi blok itu dan referendum "Brexit" yang akan dilakukan Inggris pekan depan.

Juru bicara di Komisi eksekutif Uni Eropa (EU) Mina Andreeva mengatakan, kedua presiden lembaga tersebut membahas secara mendalam serikat moneter Uni Eropa. Referendum tentang keanggotaan Inggris di Uni Eropa sebagai salah satu topik utama.

"Agenda yang dibahas adalah "perkembangan-perkembangan lain yang kita mungkin akan lihat dalam beberapa minggu mendatang," terang Andreeva kepada pers sebagaimana dikutip Xinhua.

Kepala-kepala lembaga Uni Eropa telah sering bertemu dalam beberapa pekan terakhir untuk menilai kemungkinan hasil dari referendum Inggris. Pada pertemuan Senin, Juncker dan Draghi membahas kemungkin dampak ekonomi, media melaporkan.

Uni Eropa bertujuan untuk menyelesaikan Uni Ekonomi dan Moneter Uni (EMU)-nya paling lambat pada 2025. EMU merupakan langkah besar dalam integrasi ekonomi blok, yang melibatkan koordinasi kebijakan ekonomi dan fiskal, kebijakan moneter umum dan mata uang tunggal.

Para ahli memperingatkan ekonomi blok itu berada dalam ketidakpastian besar menjelang referendum Inggris pada 23 Juni, ketika Inggris akan memilih apakah akan meninggalkan atau tetap tinggal di Uni Eropa yang beranggotakan 23 negara.

Sementara, Perdana Menteri Irlandia Enda Kenny mengatakan pada Senin, "Brexit" akan menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian, serta kemungkinan kembalinya pos pemeriksaan perbatasan antara Inggris dan Republik Irlandia.

"Stabilitas dan kepastian benar-benar penting untuk keberhasilan perekonomian terbuka kecil," kata Kenny dalam pidatonya di Ulster University, Belfast, mengacu pada bagaimana ini akan mempengaruhi hubungan antara Irlandia Utara - bagian dari Inggris - dan Repbulik Irlandia.

Ia menambahkan, kelanjutan kanggotaan Inggris di Uni Eropa (EU) menawarkan stabilitas dan kepastian. Kenny mengatakan puluhan ribu orang melintasi perbatasan antara kedua negara setiap hari untuk bekerja, melakukan bisnis, dan melihat keluarga dan teman-teman mereka.

"Sulit untuk membayangkan hidup tanpa aliran bebas ini," kata dia.

Menurutnya, pembentukan kembali pos pemeriksaan bea cukai di perbatasan, atau setiap pengaturan kepabeanan, akan menjadi langkah disesalkan dan mundur untuk kerja sama dan perdagangan utara-selatan.

Kenny menekankan dukungan kuat pemerintah untuk pilihan tetap di Uni Eropa. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI